LAPORAN PRAKTIKUM PADANG
PENGGEMBALAAN TROPIKA
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar
belakang
Pakan hijauan yang diberikan pada
ternak dapat diperoleh dari berbagai sumber, padang penggembalaan atau pastura
merupakan sebagai salah satu contohnya. Padang penggembalaan atau pastura
merupakan tempat menggembalakan ternak untuk memenuhi kebutuhan pakan dimana pada
lokasi ini telah ditanami rumput unggul dan atau legume (jenis rumput/ legume
yang tahan terhadap injakan ternak). Tujuan
utama dalam pembuatan padang penggembalaan adalah menyediakan hijauan
makanan ternak yang berkualitas, efisien dan tersedia secara kontinyu sepanjang
tahun.
Untuk mempertahankan kuantitas dan kualitas
padang penggembalaan sebagai penyedia hijauan makanan ternak perlu diadakannya
evalusi terhadap padang penggembalaan tersebut. Di samping itu alasan
dilakukannya evalusai adalah untuk mengotrol perkembangan pastura,
mempertahankan komposisi botani sesuai yang diharapkan, mempertahakan
persediaan hijauan selama mungkin, dan memperhatikan pula kelestarian
lingkungan.
Pengukuran pada pastura merupakan cara evalusi
yang cukup akurat baik dengan metode langsung maupun tidak langsung. Pengukuran
pastura secara langsung akan lebih memberikan gambaran akan keadaan pastura
sebenarnya, metode ini dapat dilakukan dengan penghitungan komposisi botani
dengan beberapa caranya, dengan mengukur produktivitasnya dan juga penghitungan
komposisi kimianya.
Pada praktikum kali ini dilakukan evaluasi
dengan metode pengukuran langsung terhadap Sistem Tiga Strata (STS) dikampus Bukit
Jimbaran pada awal musim hujan. Sehingga dapat diketahui komposisi botaninya
dan produksi per/tahun. Dari hal tersebut dapat pula digambarkan keadaan dan
kelayakan dari pastura bagi ternak.
Padang pengembalaan yang
baik adalah padang pengembalaan yang memilki komposisi botani dengan imbangan
antara legum dan rumput yang seimbang. Sehingga dengan demikian penting untuk
mengetahui komposisi botani dari suatu padang pengmbalaan. Dalam penentuan
komposisi botani suatu padang pengembalaan adara beberapa metode yang dapat
dipergunakan antara lain : berdasarkan frequensi, density, area (fliage basal
cover, charting, line trnsect, poin kuadrat) dan berdasarkan weight (list
weigiht, estimated % prductivity, relative weight in situ, actual weight in
situ, calibration method, dan dry weight rank method /DWR). Dalam prakikum ini
digunakan metode bedasarkan frekuensi, area cover, dan Dry Weight Rank Method
(DWR).
Selain komposisi botani,
yang perlu diperhatikan dalam padang penggembalaan adalah besarnya imbangan
antara jumlah ternak dengan persediaan
hijauan. Ini digambarkan oleh besarnya Stocking Rate (SR). Dengan SR
pula digambarkan besarnya beban atau tekanan penggembalaan terhadap padang
gembalaan.
I.2 Tujuan
1. Mengetahui
komposisi botani / hijauan pakan yang ada di area Sistem Tiga Strata (STS)
kampus Bukit, Jimbaran.
2. Mengevaluasi
keadaan pastura yang ada di area Sistem Tiga Strata (STS) kampus Bukit,
Jimbaran.
I.3 Manfaat
1. Memahami
cara dan teknik penggunaan metode DWR dalam mengevaluasi sebuah pastura yang
telah ada.
2. Memahami
lebih dalam mengenai kondisi pastura yang telah ada, dan bisa menentukan
langkah selanjutnya terhadap pastura apakah perlu diperbaiki ataupun tidak.
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
II.1 Padang
Penggembalaan Tropika
Padang
penggembalaan adalah suatu daerah padangan dimana tumbuh tanaman pakan ternak
yang tersedia bagi ternak yang dapat merenggutnya menurut kebutuhannya dalam
waktu singkat (Reksohadiprodjo, 1994). Padang penggembalaan dapat terdiri
atas rumput-rumputan, kacang-kacangan (legume) atau campuran keduanya (McIlroy,
1976), dimana fungsi kacang-kacangan (legume) dalam padang penggembalaan adalah
memberikan nilai makanan yang lebih baik terutama berupa protein, phosphor dan
kalium (Reksohadiprodjo, 1994).
Padang
penggembalaan dapat diklasifikasikan menjadi empat golongan utama, yaitu:
Padang Penggembalaan Alam, Padang Penggembalaan Permanen yang sudah diperbaiki,
Padang Penggembalaan Buatan (Temporer), dan Padang Penggembalaan dengan
Irigasi.

Spesies tumbuh-tumbuhan pakan ternak
yang terdapat dalam golongan ini belum disebar atau ditanam dan floranya
relatif belum diganggu oleh campur tangan manusia (McIlroy, 1976). Reksohadiprodjo (1994) menambahkan bahwa manusia hanya mengawasi ternak
yang digembalakan. Ternak berpindah-pindah secara normal. Menurut Mc
Illroy (1976), pengikutsertaan leguminosa yang sesuai untuk membentuk
pertanaman campuran rumput atau leguminosa dan pengaturan penggembalaan
merupakan langkah pertama yang penting untuk perbaikan padang rumput ini.

Spesies hijauan pakan ternak dalam golongan ini belum
disebar atau ditanam tetapi komposisi botaninya telah diubah dengan jalan
mengatur penggembalaaan dengan seksama atau dengan pemotongan, drainase,
penggunaan pupuk, pengolahan tanah, penanaman ulang dan pemberantasan tumbuh –
tumbuhan pengganggu (McIlroy, 1976).

Tanaman - tanaman makanan ternak dalam padangan telah ditanam, disebar dan
dikembangkan oleh manusia. Padangan dapat menjadi padangan permanen atau
seling dengan tanaman pertanian (Reksohadiprodjo, 1994).Menurut Susetyo (1980),
padang penggembalaan temporer dibedakan menjadi jangka pendek dan jangka
panjang. Jangka pendek dilakukan antara 3-4 tahun yang dilakukan dengan jalan
memberikan tanaman selingan berupa tanaman pertanian untuk perbaikan kesuburan
tanah.Jangka panjang dilakukan antara 6 - 10 tahun, dimana setelah mencapai
kurang lebih 10 tahun padang penggembalaan dibongkar langsung untuk direnovasi,
jadi tanpa adanya tanaman selang.

Padangan biasanya terdapat di
daerah sepanjang sungai atau dekat sumber air. Penggembalaan ternak
dijalankan setelah padangan menerima pengairan selama 2 sampai 4
hari. Cara penggembalaan dengan irigasi dibedakan menjadi: cara ekstensif;
cara semi ekstensif; cara stripgrazing; seiling (zero grazing) yaitu hijauan
dipotong manusia dan diberikan di kandang (Reksohadiprodjo, 1994). Supaya
dapat mempertahankan hasil yang tinggi, maka padang penggembalaan irigasi
diperlukan pemupukan berat (McIlroy, 1976).
Komposisi
botani padang penggembalaan tidak selalu konstan. Perubahan susunan komponen
selalu terjadi oleh pengaruh musim, kondisi tanah dan sistem penggembalaan.
Komposisi suatu padang penggembalaan dipengaruhi oleh curah hujan, ketinggian
tempat dan pengelolaan penggembalaan. Komposisi botani suatu padang rumput
sebagian besar ditentukan oleh tata laksananya (McIlroy, 1976). Dijelaskan
lebih lanjut bahwa penggembalaan berat pada awal musim penggembalaan yang
diikuti dengan periode istirahat cenderung akan menekan jenis tumbuhan yang
masak dini dan menguntungkan jenis-jenis yang tumbuh lambat, sedangkan jika
menunda penggembalaan sampai musim penggembalaan lebih lanjut akan berpengaruh
sebaliknya.
II.2
Evaluasi Pastura
Evaluasi pastura merupakan suatu
kegiatan observasi/pengamatan dan penilaian terhadap pastura untuk mendapatkan
hijauan pakan yang rasional dan reasonable bagi ternak, baik dari segi
kuantitas maupun kualitas. Evaluasi suatu pastura dapat dilakukan dengan 2
cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung
dilakukan dengan cara mengkur langsung komposisi botani, komposisi biomasa dan
komposisi kimia suatu pastura. Sedangkan pengukuran secara tidak langsung dilakukan
dengan melihat respon ternak terhadap pastura yang ada, dapat dilakukan dengan
melakukan penggembalaan pada pastura dan kemudian melihat kondisi ternak
setelah beberapa waktu kemudian.
Untuk pengukuran secara langsung
terdapat beberapa metoda yang dapat dilakukan, diantaranya dengan metoda
pengukuran berdasarkan frekuensi (keseringan), berdasarkan density (kepadatan),
berdasarkan area cover (penutupan tanah) dan berdasarkan berat dengan Dry
Weight Rank (DWR). Dalam metoda pengukuran berdasarkan berat (DWR) ada beberapa
tahapan yang mesti dilalui, diantaranya :
-
Bulkyng,
ranking, persentase, faktor pengali, Dry Weight (DW), dan interpretasi (untuk
total ranking yang memiliki nilai sama).
-
Bulkyng,
ranking, faktor pengali, skor, Dry Weight (DW), dan interpretasi (untuk total ranking yang
memiliki nilai yang berbeda).
BAB III
MATERI DAN
METODE
III.1 Waktu
Dan Tempat
Praktikum dilaksanakan pada hari
Kamis, 12 Desember 2013 pukul 15.00 WITA – selesai, yang bertempat di area Sistem
Tiga Strata Fakultas Peternakan Universitas Udayana, Bukit Jimbaran.
III.2 Alat –
Alat Yang Digunakan
1. Kuadrat (0,5
m x 0,5 m)
2. Alat tulis
3. Tebel
pengamatan
4. Sabit/gunting
pemotong rumput
5. Kantong
plastik
6. Timbangan
III.3 Cara
Kerja
1. Pengukuran
Komposisi Botani Pastura

a.
Sampel
diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak.
b.
Semua nama
spesies tanaman yang ada di dalam kuadrat dimasukkan ke dalam tabel 1.
c.
Pengambilan
sampel diulangi sebanyak 5 kali.
d.
Tingkat
frekuensi dan dan persentase frekuensi setiap jenis tanaman kemudian dihitung
dan hasilnya dimasukkan ke dalam tabel 2.
e.
Setelah
semuanya tahapan diatas dilakukan, terakhir diinterpresentasikan.
Tabel 1. Pengamatan Frekuensi Tanaman
Sampel
|
Spesies tanaman
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
1
|
|||||
2
|
|||||
3
|
|||||
4
|
|||||
5
|
Tabel 2. Tingkat Frekuensi dan Persentase Frekuensi
Setiap Spesies Tanaman
Sampel
|
Spesies tanaman
|
Tingkat frekuensi
|
Persentase frekuensi
|
1
|
|||
2
|
|||
3
|
|||
4
|
|||
5
|
|||
6
|

a.
Sampel
diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak.
b.
Area cover
setiap spesies tanaman dalam kuadrat kemudian diperkirakan dan dimasukkan ke
dalam tabel 3.
c.
Pengambilan
sampel diulangi sebanyak 5 kali.
d.
Dihitung
area cover total setiap sampel.
e.
Dihitung
area cover rata – rata.
f.
Di
interpretasikan.
Tabel 3. Area Cover Tanaman (%)
Sampel
|
Spesies tanaman
|
Area cover total
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
||||||
Area cover
|
||||||
2
|
||||||
Area cover
|
||||||
3
|
||||||
Area cover
|
||||||
4
|
||||||
Area cover
|
||||||
5
|
||||||
Area cover
|
||||||
Rata - rata
|

Cara kerjanya adalah sebagai berikut
:
1)
Bulking
(dikerjakan dilapangan)
a.
Kolom –
kolom disiapkan pada selembar kertas (tabel 4).
b.
Sampel
diambil dengan melemparkan kuadrat ke dalam pasture secara acak.
c.
Produksi
masing – masing spesies tanaman yang ada di dalam kuadrat di taksir. Produksi
terbanyak taruh pada kolom 1, yang lebih sedikit pada kolom 2 dan seterusnya
samapi semua jenis tanaman masuk dalam kolom.
d.
Pengambilan
sampel diulangi sebanyak 5 kali.
Tabel 4. Bulking
Sampel
|
Spesies tanaman
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
1
|
|||||
2
|
|||||
3
|
|||||
4
|
|||||
5
|
2)
Ranking
(dikerjakan di lab.)
a.
Disiapkan
kertas lain yang berisi kolom semua nama tanaman yang termasuk pada bulking dan
kolom ranking 1,2 dan 3 (tabel 5)
Tabel 5. Ranking
No
|
Spesies tanaman
|
Ranking
|
||
1
|
2
|
3
|
||
Total
|
b.
Dihitung dan
dimasukkan pada kolom tersebut berapa kali suatu tanaman muncul pada kolom 1, 2
dan 3.
c.
Dihitung
total ranking setiap kolom. Dalam perhitugan ada 2 kemungkinan, yaitu :
·
Bila total
masing – masing ranking mempunyai nilai sama, lanjutkan dengan :
o Persentase
Hitung persentase masing – masing
tanaman yang ada pada setiap kolom.
o Faktor
pengali
Persentase masing – masing tanaman
yang ada pada kolom 1 dikalikan dengan 70,2 ; kolom 2 dikalikan dengan 21,1 ;
dan kolom 3 dikalikan dengan 8,7.
o Dry Weight
(DW)
Jumlah angka pada kolom 1,2 dan 3
pada kolom faktor pengali untuk setiap spesies tanaman merupakan persentase Dry
Weight Rank dari pasture yang diukur (tabel 6)
·
Bila total
masing – masing ranking mempunyai nilai berbeda, lanjutkan dengan :
o Faktor
pengali
Nilai pada kolom ranking langsung
dikalikan dengan faktor pengali sebagai berikut : kolom 1 dikalikan dengan 8,04
; kolom 2 dikalikan dengan 2,41 dan kolom 3 dikalikan dengan 1,04.
o Skor
Merupakan jumlah hasil perkalian
antara nilai ranking dengan faktor pengali masing – masing spesies.
o Dry Weight
(DW)
DW dihitung dengan membagi nila skor
masing – masing spesies dengan total skor dikalikan dengan 100% (tabel 7).
Tabel 6. Persentase, Faktor Pengali dan DW
No
|
Spesies
|
Persentase
|
Faktor pengali
|
Total DW (%)
|
||||
1
|
2
|
3
|
1
|
2
|
3
|
|||
Tabel 7. Faktor Pengali, Skor dan DW
No
|
Spesies
|
Faktor pengali
|
Skor
|
Total DW
(%)
|
||
8,04
|
2,41
|
1,0
|
||||
1
|
||||||
2
|
||||||
3
|
||||||
4
|
2. Pengukuran
produksi biomasa pasture
a.
Sampel
diambil dengan melemparkan kuadrat kedalam pasture secara acak.
b.
Semua
biomasa vegetasi yang ada di dalam kuadrat dipotong, ditimbang dan dimasukkan
data beratnya ke dalam tabel 8.
c.
Pengambilan
sampel diulangi sebanyak 5 kali.
d.
Dihitung
produksi berat segar rata – rata.
e.
Dihitung berat
segar per m2.
f.
Dihitung
produksi berat segar per hektar.
g.
Dihitung
produksi bahan kering per hektar, dengan asumsi BK = 30%.
h.
Diinterpretasikan.
Tabel 8. Produksi Biomasa
Sampel
|
Berat segar (g)
|
1
|
|
2
|
|
3
|
|
4
|
|
5
|
|
Rata - rata
|
3. Perhitungan
grazing Capacity (GC)
Grazing capacity pasture tersebut dihitung berdasarkan
data area cover dan produksi bahan kering biomasa yang telah didapatkan, dengan
asumsi :
-
Profer Use
Factor (PUF) pasture adalah 55%.
-
Bobot badan
rata – rata ternak sapi yang akan digembalakan adalah 250 kg (DMI 3% bobot
badan)
BAB IV
HASIL DAN
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil
Pengamatan
Tabel 10. Hasil pengamatan :
Sampel
|
Species
Tanaman Dan Area Cover
|
Area cover
total (%)
|
Berat segar
(g)
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|||
1
|
Polytrias
amaura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
Centrocema
|
100
|
350
|
Area cover (%)
|
50
|
25
|
13
|
7
|
5
|
||
2
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Polytrias amaura
|
-
|
-
|
100
|
200
|
Area cover (%)
|
80
|
15
|
5
|
-
|
-
|
||
3
|
Polytrias amaura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Gulma
|
-
|
85
|
300
|
Area cover (%)
|
55
|
20
|
8
|
2
|
-
|
||
4
|
Polytrias amaura
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
-
|
-
|
115
|
300
|
Area cover (%)
|
70
|
30
|
15
|
-
|
-
|
||
5
|
Polytrias amaura
|
Desmodium
|
Rumput teki
|
-
|
-
|
90
|
100
|
Area cover (%)
|
80
|
5
|
5
|
-
|
-
|
||
Rata – rata
|
98
|
250
|
IV.2
Perhitungan dan Pembahasan
1. Pengukuran
Komposisi Botani Pastura
a.
Berdasarkan
Frekuensi (keseringan)
Tabel 11.
Pengamatan Frekuensi Tanaman
Sampel
|
Spesies
Tanaman
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
1
|
Polytrias
amura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
Centrocema
|
2
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Polytrias
amaura
|
-
|
-
|
3
|
Polytrias
amaura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Gulma
|
-
|
4
|
Polytrias
amaura
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
-
|
-
|
5
|
Polytrias
amaura
|
Desmodium
|
Rumput teki
|
-
|
-
|
Tabel 12.
Tingkat Frekuensi dan Persentase Frekuensi Setiap Spesies Tanaman

Sampel
|
Spesies tanaman
|
Tingkat
frekuensi
|
Persentase
frekuensi (%)
|
1
|
Polytrias
amaura
|
5
|
= 5/18 x
100
= 27,78
|
2
|
Urocloa
|
3
|
= 3/18 x
100
= 16,67
|
3
|
Rumput teki
|
5
|
= 5/18 x
100
= 27,78
|
4
|
Desmodium
|
1
|
= 1/18 x
100
= 5,56
|
5
|
Alicarcus
|
2
|
= 2/18 x
100
= 11,11
|
6
|
Gulma
|
1
|
= 1/18 x
100
= 5,56
|
7
|
Centrocema
|
1
|
= 1/18 x
100
= 5,56
|
Jumlah
|
18
|
100,02
|
Interpretasi :
Berdasarkan hasil perhitungan komposisi botani pastura yang dilihat dari aspek
frekuensi (keseringan), pastura yang diukur didominasi oleh Polytrias amaura dan rumput teki dengan
persentase frekuensi sebesar 27,78% ; kemudian disusul oleh urocloa dengan persentase frekuensi
16,67% ; alicarcus dengan persentase
frekuensi 11,11 % dan yang terakhir adalah desmodium,
gulma serta centrocema dengan
persentase frekuensi 5,56%.
b.
Berdasarkan
Area Cover (penutupan tanah)
Tabel 13.
Area cover
Sampel
|
Species
Tanaman Dan Area Cover
|
Area cover
total (%)
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
||
1
|
Polytrias
amaura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
Centrocema
|
100
|
Area cover (%)
|
50
|
25
|
13
|
7
|
5
|
|
2
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Polytrias amaura
|
-
|
-
|
100
|
Area cover (%)
|
80
|
15
|
5
|
-
|
-
|
|
3
|
Polytrias amaura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Gulma
|
-
|
85
|
Area cover (%)
|
55
|
20
|
8
|
2
|
-
|
|
4
|
Polytrias amaura
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
-
|
-
|
115
|
Area cover (%)
|
70
|
30
|
15
|
-
|
-
|
|
5
|
Polytrias amaura
|
Desmodium
|
Rumput teki
|
-
|
-
|
90
|
Area cover (%)
|
80
|
5
|
5
|
-
|
-
|
|
Rata – rata
|
98
|
Interpretasi :
Berdasarkan hasil pengamatan area cover pada pastura yang ada, pastura pada
kuadrat 1 dan 2 mempunyai total area cover sebesar 100% ; kuadrat ke 4
mempunyai total area cover lebih dari 100%, yaitu sebesar 115% ; dan pada
kuadrat ke 5 serta 6 mempunyai area cover yang lebih rendah dari 100%, yaitu
sebesar 85% dan 90%.
c.
Berdasarkan
Weight (berat) dengan metode Dry Weight Rank (DWR)
Tabel 14. Bulking
Sampel
|
Spesies
tanaman
|
||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
1
|
Polytrias
amaura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
Centrocema
|
2
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Polytrias
amaura
|
-
|
-
|
3
|
Polytrias
amaura
|
Urocloa
|
Rumput teki
|
Gulma
|
-
|
4
|
Polytrias
amaura
|
Rumput teki
|
Alicarcus
|
-
|
-
|
5
|
Polytrias
amaura
|
Desmodium
|
Rumput teki
|
-
|
-
|
Tabel 15.
Ranking
No
|
Spesies Tanaman
|
Ranking
|
||
1
|
2
|
3
|
||
1
|
Polytrias amaura
|
4
|
-
|
1
|
2
|
Urocloa
|
1
|
2
|
-
|
3
|
Rumput teki
|
-
|
2
|
3
|
4
|
Desmodium
|
-
|
1
|
-
|
5
|
Alicarcus
|
-
|
-
|
1
|
6
|
Gulma
|
-
|
-
|
-
|
7
|
Centrocema
|
-
|
-
|
-
|
Total
|
5
|
5
|
5
|
Tabel 16. Persentase, Faktor Pengali dan DW


No
|
Spesies
|
Persentase
(%)
|
Faktor
pengali
|
Total DW
(%)
|
||||
1
|
2
|
3
|
70,2
|
21,1
|
8,7
|
|||
1
|
Polytrias
amaura
|
= 4/5
= 0,8
|
-
|
= 1/5
= 0,2
|
56,16
|
-
|
1,74
|
57,90
|
2
|
Urocloa
|
= 1/5
= 0,2
|
= 2/5
= 0,4
|
-
|
14,04
|
8,44
|
-
|
22,48
|
3
|
Rumput teki
|
-
|
= 2/5
= 0,4
|
= 3/5
= 0,6
|
-
|
8,44
|
5,22
|
13,66
|
4
|
Desmodium
|
-
|
= 1/5
= 0,2
|
-
|
-
|
4,22
|
-
|
4,22
|
5
|
Alicarcus
|
-
|
-
|
= 1/5
= 0,2
|
-
|
-
|
1,74
|
1,74
|
6
|
Gulma
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
7
|
Centrocema
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Total
|
100
|
Interpretasi
:
Berdasarkan hasil perhitungan komposisi botani dengan teknik DWR, pastura yang
diukur didominasi oleh polytrisa amaura
(57,90%), kemudian disusul oleh urocloa (22,48%); rumput teki (13,66%); desmodium (4,22%); alicarcus (1,74%) serta gulma dan centrocema dengan 0%.
2. Pengukuran
Produksi Biomasa Pastura
Sampel
|
Produksi
Berat Segar (g) per 0,25 m2
|
Produksi
Berat Segar (kg) per m2
|
Produksi
Berat Segar (kg) per ha
|
Produksi
Bahan Kering (kg) per ha
|
1
|
350
|
= 350/1000 x 4
= 1,4
|
= 1,4 x 10.000
= 14.000
|
= 14.000 x 30%
= 4.200
|
2
|
200
|
= 200/1000 x 4
= 0,8
|
= 0,8 x 10.000
= 8000
|
= 8000 x 30%
= 2.400
|
3
|
300
|
= 300/1000 x 4
= 1,2
|
= 1,2 x 10.000
= 12.000
|
= 12.000 x 30%
= 3.600
|
4
|
300
|
= 300/1000 x 4
= 1,2
|
= 1,2 x 10.000
= 12.000
|
= 12.000.000 x 30%
= 3.600
|
5
|
100
|
= 100/1000 x 4
= 0,4
|
= 0,4 x 10.000
= 4000
|
= 4000 x 30%
= 1.200
|
Rata - rata
|
250
|
1
|
10.000
|
3.000
|
Keterangan : *Kuadrat à 0,5 m x 0,5 m = 0,25 m2
*1 hektar = 10.000 m2
*BK = 30%
*1 Kg = 1000 gram
Interpretasi :
Berdasarkan hasil perhitungan pengukuran produksi biomasa pastura, pastura pada
sampel kuadrat 1 mempunyai produksi tertinggi dengan produksi BK per hektar
mencapai 4.200 kg, kemudian disusul sampel kuadrat 3 dan 4 dengan produksi BK
per hektar mencapai 3.600 kg, sampel kuadrat 2 dengan produksi BK per hektar
mencapai 2.400 kg, serta sampel kuadrat 5 dengan produksi BK 1.200 kg.
3. Penghitungan
Grazing Capacity
Diketahui :
-
Rata – rata
area cover : 98 %
-
Rata – rata
produksi berat segar per hektar : 10.000 kg
-
DM segar =
30%
-
Rata – rata
produksi bahan kering per hektar : 3000 kg
-
Profer use
faktor (PUF) pasture 55%
-
Bobot badan
rata – rata ternak sapi yang akan digembalakan adalah 250 kg (DMI 3% bobot
badan)
Ditanya :
-
Berapakah
Grazing Capacity pastura tersebut ?
Perhitungan
:


A = 10.000 x 30%
= 3000
Kg
B = 98%
=
0,98
C = 55%
=
0,55
D = 3% x 250 kg x 30
= 225
GC = (3000 Kg x 0,98 x 0,55) / 225
=
7,187
= 7
ekor/ha/bulan
Nilai GC sebesar 7 ekor/ha/bulan
artinya pastura seluas 1 ha tersebut mampu untuk menampung ternak sebanyak 7
ekor setiap bulan dengan bobot ternak 250 kg.
4. Optimal
Stocking Rate
Dalam
praktikum ini untuk melakukan penghitungan terhadap Optimal Stocking Rate
berdasarkan hasil dibawah ini :
Sampel
|
Produksi Berat Segar (g) Per 0,25 m2
|
Luas kuadrat (m2)
|
1
|
350
|
0,25
|
2
|
200
|
0,25
|
3
|
300
|
0,25
|
4
|
300
|
0,25
|
5
|
100
|
0,25
|
Rata - rata
|
250
|
0,25
|
§ DM hijauan = 30%
§ Profer use
faktor (PUF) pasture 55%
§ Bobot badan
rata – rata ternak sapi yang akan digembalakan adalah 250 kg (DMI 3% bobot
badan)
§ 1 hektar =
10.000 m2
§ 1 Kg = 1000
gram
§ Rata – rata
area cover : 98 %
Nilai Optimum
Stocking Rate :
1. Produksi hijauan segar per hektar
= 250 gr /
(0,25 : 1000) ha
= 250 gr /( ¼ :
10000)ha
= 250 gr x 4 x
10000 / ha
= 10.000.000
gr/ha
= 10.000 kg/ha
2. Produksi hijauan segar per hektar per tahun
Dengan asumsi dalam satu tahun
dilakukan panen sebanyak 6 kali
= 10.000 kg /
ha x 6
= 60.000
kg/ha/th
3. Pengkonversian ke dalam bentuk Dry Meter (Bahan Keing)
Diasumsikan bahwa hijauan tersebut
mengandung 30 % bahan kering (BK)
= 30/100 DM x
60.000 kg/ha/th
= 18.000 kg
DM/ha/th
4. Kebutuhan ternak dalam %BK per hari
Diasumsikan bahwa berat badan
sapi adalah 250 kg dan kebutuhan ternak adalah 3% DM dari berat badanya.
= 3/100 DM x 250
kg
= 7,5 kg
DM/hari
5. Kebutuhan ternak dalam %BK per tahun
= 7,5 kg DM x
365 hari
= 2737,5 kg
DM/tahun
6. Jumlah hijauan yang bisa dmanfaatkan / prefer use faktor (PUF) = 55 %
= 55/100 x
18.000 kg DM/ha/ th
= 9900 kg
DM/ha/ th
7. Optimum
Stocking Rate
= 9900 /
2737,5
= 3,62
ekor/ha,
= 4 ekor/ha
Dari berapa metode pengukuran
komposisi botani, komposisi biomasa, pengukuran nilai Grazing Capacity dan
penghitungan nilai Optimum Stocking rate diatas, didapatkan hasil bahwa area
STS yang ada di kampus Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Jimbaran
termasuk area padang penggembalaan yang masih baik dan kompososo vegetasinya
cukup baik. Dilihat dari pengukuran berdasarkan frekuensi (keseringan),
terlihat bahwa tanaman Polytrias amaura
dan rumput teki mendominasi dengan persentase frekuensi sebesar 27,78% ;
kemudian disusul oleh urocloa dengan
persentase frekuensi 16,67% ; alicarcus
dengan persentase frekuensi 11,11 % dan yang terakhir adalah desmodium, gulma serta centrocema dengan persentase frekuensi
5,56%. Sedangkan jika dilihat berdasarkan pengukuran berdasarkan area cover
(penutupan tanah) terlihat bahwa pastura pada kuadrat 1 dan 2 mempunyai total
area cover sebesar 100% ; kuadrat ke 4 mempunyai total area cover lebih dari
100%, yaitu sebesar 115% ; dan pada kuadrat ke 5 serta 6 mempunyai area cover
yang lebih rendah dari 100%, yaitu sebesar 85% dan 90%. Area cover yang lebih
besar dari 100% bisa disebabkan adanya tumpuk – menumpuk atau ketumpang
tindihan antar spesies tanaman dan area cover yang lebih kecil dari 100%
menunjukkan bahwa produksi hijauan pada pastura tersebut kurang maksimal atau
telah direnggut oleh ternak.
Pengukuran komposisi botani dengan
metode Dry Weight Rank mendapatkan hasil bahwa , pastura yang diukur didominasi
oleh polytrisa amaura (57,90%),
kemudian disusul oleh urocloa (22,48%); rumput teki (13,66%); desmodium (4,22%); alicarcus (1,74%) serta gulma dan centrocema dengan 0%. Dilihat dari komposisi botani, maka area
pastura ini memiliki vegetasi hijauan yang cukup bervariasi.
Selain pengukuran berdasarkan
komposisi botani, evaluasi pastura pada praktikum ini juga dilakukan dengan
melakuakan pengukurna komposisi biomasa dan Grazing Capacity. Berdasarkan
perhitungan didapatkan bahwa pastura pada sampel kuadrat 1 mempunyai produksi
tertinggi dengan produksi BK per hektar mencapai 4.200 kg, kemudian disusul
sampel kuadrat 3 dan 4 dengan produksi BK per hektar mencapai 3.600 kg, sampel
kuadrat 2 dengan produksi BK per hektar mencapai 2.400 kg, serta sampel kuadrat
5 dengan produksi BK 1.200 kg. Dan untuk Grazing Capacitynya didapatkan angka
sebesar 7 ekor/ha/bulan. Nilai GC sebesar 7 ekor/ha/bulan artinya pastura
seluas 1 ha tersebut mampu untuk menampung ternak sebanyak 7 ekor setiap bulan
dengan bobot ternak 250 kg.
Dengan komposisi botani seperti
tersebut diatas, nilai Optimum Stocking Rate yang diperolah adalah sebesar
3,,62 ekor/ha atau 4 ekor/ha. Nilai
kapasitas tampung sebesar 3,62, jika di nilai per Satuan Ternak dapat berarti
petenak memiliki beberapa pilihan jenis dan jumlah ternak yang akan dipelihara
dengan asumsi sama seperti pada rumus dan keterangan per Satuan Ternak adalah sapi dewasa
umur > 2 th = 1 ST, sapi muda umur 1 – 2 th = 0,5 ST, anak sapi umur < 1
th = 0,25 ST, kambing / domba dewasa = 0,14 ST, seperti :
- Memelihara 1 ekor sapi dewasa umur lebih dari 2 tahun dan 1 ekor anak sapi
umur dibawah 1 tahun.
- Memelihara 1 ekor sapi dewasa umur lebih dari 2 tahun dan 2 ekor tenak
kambing/domba dewasa.
- Memelihara sapi muda umur 1 – 2 tahun sebanyak 7 ekor.
- Memelihara anak sap1 umur dibawah 1 tahun sebanyak 15 ekor.
- Memelihara ternak kambing/domba dewasa sebanyak 25 ekor, dan lain – lain.
BAB IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
IV.
Kesimpulan
1. Dilihat
berdasarkan frekuensi (keseringan), maka pastura tersebut didominasi oleh Polytrias amaura dan rumput teki dengan
persentase frekuensi sebesar 27,78% ; kemudian disusul oleh urocloa dengan persentase frekuensi
16,67% ; alicarcus dengan persentase
frekuensi 11,11 % dan yang terakhir adalah desmodium,
gulma serta centrocema dengan
persentase frekuensi 5,56%.
2. Berdasarkan
area cover (penutupan tanah), maka pastura pada kuadrat 1 dan 2 mempunyai total
area cover sebesar 100% ; kuadrat ke 4 mempunyai total area cover lebih dari
100%, yaitu sebesar 115% ; dan pada kuadrat ke 5 serta 6 mempunyai area cover
yang lebih rendah dari 100%, yaitu sebesar 85% dan 90%.
3. Berdasarkan
pengukuran berat dengan metoda DWR, maka pastura yang diukur didominasi oleh polytrisa amaura (57,90%), kemudian
disusul oleh urocloa (22,48%); rumput teki (13,66%); desmodium (4,22%); alicarcus
(1,74%) serta gulma dan centrocema
dengan 0%.
4. Berdasarkan
hasil perhitungan pengukuran produksi biomasa pastura, pastura pada sampel
kuadrat 1 mempunyai produksi tertinggi dengan produksi BK per hektar mencapai
4.200 kg, kemudian disusul sampel kuadrat 3 dan 4 dengan produksi BK per hektar
mencapai 3.600 kg, sampel kuadrat 2 dengan produksi BK per hektar mencapai 2.400
kg, serta sampel kuadrat 5 dengan produksi BK 1.200 kg.
5. Nilai
Grazing Capacity dari pastura yang diukur adalah sebesar 7 ekor/ha/bulan.
6. Nilai Optimum Stockig Rate atau kapasitas tampung adalah sebesar 3,62
ekor/ha atau 4 ekor/ha, nilai 3,62 juga dapat berarti berarti petenak memiliki
beberapa pilihan jenis dan jumlah ternak yang akan dipelihara, seperti :
a.
Memelihara 1 ekor sapi dewasa umur lebih dari 2
tahun dan 1 ekor anak sapi umur dibawah 1 tahun.
b.
Memelihara 1 ekor sapi dewasa umur lebih dari 2
tahun dan 2 ekor tenak kambing/domba dewasa.
c.
Memelihara sapi muda umur 1 – 2 tahun sebanyak 7
ekor.
d.
Memelihara anak sap1 umur dibawah 1 tahun
sebanyak 15 ekor.
e.
Memelihara ternak kambing/domba dewasa sebanyak
25 ekor, dan lain – lain.
IV. Saran
Meskipun praktikum dan perhitungan
yang telah dilakukan dengan cukup baik dan sudah mendapatkan hasil, belum tentu
hasil ini akan sama dengan pengukuran pada pastura – pastura lainnya. Hal ini
berhubungan dengan kualitas dan kuantitas dari masing – masing pastura. Untuk
itu penulis menyarankan untuk melakukan evaluasi pastura pada setiap pastura
yang akan digembalai dan melakukan perhitungan yang lebih rinci lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Staff. Tata Laksana Padang
Pengembalaan Tropika. 2013. Penuntun Praktikum Tata Laksana Padang Pengembalaan
Tropika. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar
Ilmuternak.2013.Pastura.http://ilmuternakkita.blogspot.com/2010/03/pasture-padang-penggembalaantanaman.html
(diaksespadaSenin, 25 November 2013
Komentar
Posting Komentar