BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sesungguhnya
usaha peternakan sapi potong secara lokal memang dituntut terus berkembang,
terutama bagi pemenuhan kebutuhan daging sapi secara mandiri. Kementrian
Pertanian telah merespons hal itu melalui program ”Swasembada Daging Sapi” yang
diharapkan akan memiliki peran ganda yaitu sebagai salah satu sumber ketahanan
pangan sekaligus upaya pembangunan usaha masyarakat dipedesaaan.
Ternak sapi potong adalah
salah satu jenis ternak penghasil daging yang mempunyai nilai ekonomis tinggi
dan penting artinya bagi kehidupan masyarakat, sebab ternak bisa menghasilkan
berbagai macam produk guna mencukupi kebutuhan manusia, terutama sebagai bahan
pangan berupa daging, disamping hasil ikutan lain seperti pupuk kandang, kulit
dan tulang.
Dalam rangka memenuhi
kebutuhan masyarakat akan produk asal
ternak yang terus meningkat sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk dan
peningkatan kesadaran akan pentingnya pangan yang bergizi, maka upaya yang dilakukan
adalah dengan memacu peningkatan produksi melalui budidaya.
Dipulau lombok pemeliharaan ternak masih
dilakukan secara tradisional, dengan metode pemeliharaan intensif, biasanya
pemeliharaan diterapkan dengan campuran yaitu jantan, pedet dan betina. Pada
sapi betina hal yang harus diperhatikan yaitu bagaimana penyediaan dan
pemberian pakan hijuan, karena dengan campuran
antara jantan, betina dan pedet maka pemberian pakan kurang efisisen.
Sementara standart kebutuhan harian pada ternak sapi yakni 10% bobot badan untuk hijuan segar dan 3% dari bobot badan untuk bahan pakan kering. pemeliharaan ternak
dengan sistem kandang kolektif diperlukan upaya penyediaan pakan siap saji
karena sapi ditambat dalam kandang, pengetahuan tentang konservasi hijuan
sangat diperlukan oleh peternak.(Suhubdy,2013).
Pakan yang baik adalah yang
mengandung zat makanan yang memadai
kualitas dan kuantitasnya, seperti energi, protein, lemak, mineral dan juga
vitamin, yang semuanya dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan seimbang, sehinga
bisa menghasilkan produk daging yang berkualitas dan berkuantitas tinggi.
Kebutuhan pakan bagi ternak sangat penting karena sangat diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi dan reproduksi.
Praktik kerja lapangan (PKL)
dilaksanakan karena dalam rangka meningkatkan keterampilan mahasiswa Fakultas
Peternakan Universitas Mataram. Sejak tahun ajaran 1996/1997 telah diwajibkan
mahasiswa untuk melaksanakan praktik kerja lapangan. Pada kurikulum 2009 bobot
sistem kredit semester pelaksanaan pkl sama dengan 3 (3.0). SKS.
1.2 Tujuan Dan Kegunaan Praktik Kerja Lapang
1.2.1 Tujuan Kegiatan PKL
Tujuan dari kegiatan praktik kerja
lapang (PKL) yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.
Untuk
menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan dalam pelaksanaan manejemen pemeliharaan khususnya manajemen
pemeliharaan sapi Bali induk.
2.
Mengetahui
kebutuhan pakan untuk ternak sapi Bali induk.
3. Pelaksanaan
praktik kerja lapangan ini kepada mahasiswa guna memeberikan pemahaman tentang
metode pemeliharaan sapi dilapangan dengan teori yang di pelajari di bangku
kuliah.
1.2.2.
Kegunaan kegiatan PKL
kegunaan
dari praktek kerja lapangan (PKL) yang di lakukan adalah sebagai berikut:
1.
Mahasiswa
dapat menambah pengalaman dan kterampilan dalam pelaksanaan menejemen
pemeliharaan khususnya pemeliharaan sapi Bali induk .
2.
Mahasiswa
dapat menerapkan dan membandingkan teori manajemen pemeliharaan sapi Bali induk
yang di dapat dibangku kuliah pada tempat peraktik kerjalapang.
3.
Sebagai
bahan kajian dan informasi bagi yang memerlukan.
4.
Mengasah
mental dalam mempersiapkan diri untuk pengapdian kepada masyarakat setelah lulus
dari bangku kuliah.
BAB II
KEGIATAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
2.1. Waktu dan Lokasi PKL
Kegiatan
praktik kerja lapang ini dilaksanakan dikandang kelompok ternak “Banyu Tangguh”
desa Banyumulek kecamatan Kediri Lombok Barat, yang dilaksanakan mulai 24
Agustus 2017 Sampai 1 Oktober 2017. kegiatan PKL ini dilakukan dalam waktu 3
sampai 5 jam perhari.

Gambar 01. Profil
Lokasi PKL
Nama lokasi PKL : Kelompok Ternak Banyu Tangguh
Bidang usaha :
Pembibitan dan Penggemukan
Tahun berdiri :
1987
Letak : Dusun
Gubuk Baru Desa Banyumulek Kecamatan
Kediri Kabupaten Lombok Barat.
2.2. Gambaran umum
lokasi PKL
2.2.1 Letak geografis peternakan
Lokasi Kandang kelompok tani ternak Banyu Tangguh
desa Banyu Mulek Kecamatan Kediri yaitu:
·
Sebelah utara : Bersebelahan dengan rumah dan sawah
penduduk
·
Sebelah timur : lahan kosong
·
Sebelah selatan :Berhadapan dengan jalan raya dan rumah
penduduk
·
Sebelah barat : berhadapan dengan rumah penduduk.
2.2.2 Sejarah Berdirinya Kelompok Ternak Banyu
Tangguh
Kelompok ternak Banyu Tangguh terbentuk pada
tahun 1987 yang dibentuk atas dasar musyawarah/mufakat yang difasilitasi oleh
tentara masuk desa pada zaman orde baru. Seiring berjalannya waktu kelompok ini
menjadi salah satu kelompok percontohan untuk wilayah Lombok Barat.
Sejak terbentuknya kelompok ternak Banyu Tangguh,
pemerintah kabupaten Lombok Barat terus
melakukan pembinaan secara langsung berupa penyuluhan. Selain itu
bantuan baik berupa sapi dan dana pengembangan usaha juga terus diberikan
hingga saat ini. Pada masa era reformasi kelompok ternak kembali medapat
bantuan berupa bibit sapi lokal untuk dikembangkan sebagai pembibitan.
2.3. Metode Pelaksanaan
Metoode praktik kerja lapang ini dilakukan dengan
sistem magang kerja dengan mengikuti aktivitas sesuai dengan yang diarahkan
oleh fasilitator. Adapun metode yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1.
Wawancara dan diskusi
Metode ini dilakukan dengan mewawancarai
peternak yang telibat langsung dalam kegiatan ini dan disela pekerjaan
dilakuakan beberapa diskusi guna melengkapi data yang dibutuhkan.
2.
Observasi
Metode ini dilakukan dengan
cara melakukan pengamatan secara langsung pada setiap kegiatan yang dilakukan
di kandang kelompok ternak Banyu Tangguh.
3.
Berkerja langsung ditempat
praktek kerja lapangan.
Kegiatan ini dilakukan dengan
cara ikut bekerja secara langsung membantu peternak dalam setiap kegiatan mulai
dari pencarian atau pengambilan pakan, pemberian pakan, pemberian air minum dan
pembersihan kandang.
2.4. Jumlah Ternak
Sapi
Jumlah ternak yang dipelihara pada tahun 2017 sebanyak 48
ternak yang terdiri dari 8 ekor betina dewasa, 30 ekor jantan dewasa, 3 ekor
betina umur 2-4 bulan dan 7 ekor jantan muda.


Gambar 03. Ternak yang dijadikan pengamatan.
2.5. Perkandangan
a. Letak kandang
Letak kandang kelompok tani ternak Banyu Tanggguh
terletak di dusun Baru desa Banyumulek. Akses transportasi menuju kandang
sangat mudah dengan kondisi jalan menggunakan aspal..
b. Kontruksi
kandang
1. Atap kandang
·
Bahan atap kandang terbuat dari seng dan genteng.
·
Kira-kira kemiringan atap sekitar 300
2. Tinggi bangunan
Rata-rata tinggi bangunan kandang dikelompok tani Ternak
Banyu tangguh sekitar 2 m sampai 2,5 m
3. kerangka kandang
terbuat dari bambu dan kayu.
4. Dinding kandang
Dinding kandang yang dipasang terbuat dari kayu papan dan
bambu.
5. Lantai kandang
Lantai kandang menggunakan tanah dan permukaannya tidak
terlalu rata, kira kemiringannya kurang lebih 30 (derajat)
6. Tempat pakan dan air minum
Lantai tempat pakan terbuat dari papan kayu dan tanah,
sedangkan dindingnya terbuat dari bambu, seng dan papan kayu.

Gambar 04 tempat pakan dan air minum
7. Tempat air minum menggunakan ember
8. Gang dan jalan dan selokan/parit
Lebar gang atau
jalan pada kandang 2 m
Sebagian kandang memiliki parit atau selokan kecil dan
sebagiannya tidak.
c. Kapasitas
kandang
Kelompok tani ternak Banyu Tangguh memiliki 4 kandang.
Setiap kandang di berikan sekat dari bambu dan kayu guna mempermudah proses
penanganan ternak dari masing-masing pemilik ternak. Setiap kandang yang sudah
disekat memiliki luas 20 m2 (4 m x 5 m) dengan kapasitas
maksimal 3 ekor.
Luas kandang yang besar di kelompok tani ternak banyu
tangguh merupakan pemborosan lahan. Ukuran kandang yang ideal adalah 1,5 m x 2 m
(3 m2). Dengan ukuran sebesar 20 m2 seharusnya kandang
tersebut mampu menampung kurang lebih 6 ekor sapi dewasa.
d. Kondisi kandang
Berikut adalah gambar kandang dikelompok tani ternak
Banyu Tangguh.
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
Gambar 05 saluran irigasi kandang
Bentuk
kandang adalah kandang terbuka sehingga memiliki sirkulasi udara yang baik,
sedangkan untuk lantai kandang masih menggunakan tanah sehingga mempersulit
proses pembersihan. Berikut gambar denah lokasi kandang.

Keterangan
1.
Kandang 1
2.
Kandang 2
3.
Kandang 3
4.
Kandang 4
5.
Posko keamanan 1
6.
Sumur sebagai sumber air peternakan
7.
Posko keamanan 2
8.
Gudang peralatan
9.
Gudang pakan.
2.6. Penanganan Ternak
Jumlah sapi Bali induk yang digunakan sebagai materi PKL
yang ada dikelompok tani ternak Banyu Tangguh yaitu 8 ekor dengan umur yang
berbeda-beda.
Tabel 1. Identifikasi Umur Dari Jumlah Gigi Tetap Sapi
No Sapi
|
Nama Pemilik
|
Induk
|
Keterangan
|
|
Gigi
|
Umur/tahun
|
|||
1
|
Murinah
|
I 4 ( 4 pasang)
|
9
|
Tidak Bunting
|
2
|
Mahsun
|
I 3 ( 3 pasang)
|
3
|
Tidak Bunting
|
3
|
I 2 ( 2 pasang)
|
2 - 2,5
|
Bunting 4 Bulan
|
|
4
|
Mahyun
|
I 3 ( 3 pasang)
|
3,5 - 4,5
|
Baru Melahirkan
|
5
|
I 2 ( 2 pasang)
|
2 - 2,5
|
Baru Melahirkan
|
|
6
|
Pak Safi'i
|
I 4 ( 4 pasang)
|
10
|
Tidak Bunting
|
7
|
I 2 ( 2 pasang)
|
2 - 2,5
|
Tidak Bunting
|
|
8
|
Amak Musti
|
I 2 ( 2 pasang)
|
2 - 2,5
|
Tidak Bunting
|
Umumnya untuk menentukan umur ternak dengan cara melihat
gigi ternak yang sudah ganti dari gigi susu ke gigi tetap, metode ini sudah
sangat di kenal oleh masyarakat. Dan hal tersebut menjadi dasar bagi saya untuk
menduga umur ternak yang saya jadikan sebagai materi PKL. Untuk sapi nomor
2,4,6 dan 8 belum siap dikawinkan karena baru melahirkan dan belum menujukan
tanda-tanda birahi setelah kelahiran, sedangkan sapi nomer 5 sudah siap untuk
di kawinkan kembali karena sudah birahi, pengetahuan peternak tentang tanda-tanda
estrus masih kurang sehingga peternak telat mengawinkan ternak tersebut yang
mengakibatkan terlewatkannya fase estrus ,sebenarnya semakin cepat dikawinkan
semakin baik. Hal tersebut di lakukan agar jarak beranak atau calving interval
ternak lebih pendek. Untuk sapi nomer 3 pemberian pakanya tidak dilanjutkan karena
ternak tersebut mati secara mendadak pada hari ke 24 bertepatan dengan tanggal
16 september 2017.
Penafsiran
bobot badan sapi dikelompok tani ternak
Banyu Tangguh dilakukan oleh praktikan
dengan menggunakan pendugaan rumus schrool yaitu :
Berat badan (kg) = (Lingkar
Dada (cm) + 22)2
100
100
Penafsiran
bobot badan dilakukan untuk mengetahui
jumlah kebutuhan pakan.
Tabel 02.
Estimasi bobot badan berdasarkan lingkar dada.
No Sapi
|
Umur Ternak (Tahun)
|
Lingkar Dada (Cm)
|
Estimasi Bobot Badan (Kg)
|
1
|
9
|
138
|
256
|
2
|
3
|
135
|
246
|
3
|
2 -2,5
|
128
|
225
|
4
|
3 -3,5
|
137
|
253
|
5
|
2- 2,5
|
127
|
222
|
6
|
10
|
138
|
256
|
7
|
2-2,5
|
125
|
216
|
8
|
2-2,5
|
126
|
219
|
1.7. Pakan
Secara alamiah pakan utama ternak sapi adalah
hijauan yang dapat berupa rumput alam atau lapangan, rumput unggul, leguminosa,
limbah pertanian serta tanaman hijauan lainnya. Dalam pemilihan pakan hijauan
harus diperhatikan disukai ternak atau tidak, mengandung racun (toxin)
atau tidak yang dapat membahayakan perkembangan ternak yang mengkonsumsi. Namun
permasalahan yang ada bahwa hijauan di daerah tropis mempunyai kualitas yang
kurang baik sehingga untuk memenuhi kebutuhan nutrien perlu ditambah dengan
pemberian pakan konsentrat (Siregar, 2008).
a. Sumber pakan
Sumber pakan sapi Bali di kelompok tani ternak
Banyu Tangguh berasal dari persawahan, perkebunan dan padang pengembalaan. Pakan
yang di ambil dari sawah berupa rumput gajah dan jerami padi, sedangkan di
padang pengembalaan dan area perkebunan berupa rumput lapangan.
b. Jenis Pakan
Jenis pakan yang paling sering diberikan pada
ternak yaitu rumput lapangan, jerami padi, batang pisang, jagung, rumput gajah
dan berbagai macam leguminosa pakan yang di berikan pada ternak sapi bervariasi
antara sapi satu dengan sapi yang lain tergantung dari pemilik sapi yang
memberikan pakan.
Pakan yang selalu tersedia dan tetap diberikan
berupa rumput lapangan, rumput gajah dan limbah pertanian.Sedangkan untuk
jagung,jerami padi diberikan disaat waktu panen. Berikut gambar pakan yang
diberikan:
![]() |
![]() |
![]() |
Rumput lapangan
|
Rumput gajah
|
Jagung dan jerami padi
|
Gambar 07.
Jenis pakan.
2.8. Kegiatan rutin.
Berikut adalah kegiatan-kegiatan rutin yang
dilaksanakan setiap harinya.
a. Membersihkan
kandang.
Pembersihan kandang dilakukan setiap hari pada
waktu pagi hari yaitu meliputi pembersihan kotoran ternak, membersihkan tempat
pakan dan minum, membersihkan sekitar lingkungan kandang dan membersihkan
ternak.
b. Pemberian pakan
Pemberian pakan pada kelompok tani ternak
Banyu Tangguh di lakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari dengan jumlah pakan bervariasi. Kebutuhan
pakan berupa hijuan di kelompok tani Ternak Tanyu tangguh bervariasi tergantung
dari bobot badan.
Tabel 03. Rata-rata jumlah pemberian pakan
berdasar kebutuhan pada ternak
No Sapi
|
Lingkar Dada (Cm)
|
Estimasi Bobot Badan (Kg)
|
kebutuhan pakan 10 % BB
|
pemberian pakan
|
||
pagi
|
sore
|
total
|
||||
1
|
138
|
256
|
25.6
|
20
|
15
|
35
|
2
|
135
|
246
|
24.6
|
15
|
15
|
30
|
3
|
128
|
225
|
22.5
|
15
|
15
|
30
|
4
|
137
|
253
|
25.3
|
15
|
15
|
30
|
5
|
127
|
222
|
22.2
|
15
|
15
|
30
|
6
|
138
|
256
|
25.6
|
20
|
10
|
30
|
7
|
125
|
216
|
21.6
|
20
|
10
|
30
|
8
|
126
|
219
|
21.9
|
10
|
15
|
25
|
Rata-rata pemberian 30 kg/hari. Pada pagi hari di berikan
sekitaran jam 07.00 (WITA) dan pada sore hari di berikan sekitaran jam 14.00
(WITA). Dan untuk pemberian pakan pada ternak itu sendiri sudah tercukupi.
c. Pemberian minum
Untuk
pemberian air minum ternak diberikan secara adblivitum menggunakan ember,
dan pemberian minumpun tidak beraturan atau tidak tentu tergantung kapan dia
habis.
![]() |
![]() |
Gambar 06. Pemberian pakan dan minum
d. Penanganan
kesehatan dan sanitasi
Kesehatan
merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada kondisi ternak, dan mutlak
diperlukan karena dapat mencegah kerugian bila terjangkit penyakit. Dengan
demikian diperlukan pencegahan, penanganan dan penanggulangan penyakit. Berikut adalah kegiatan – kegiatan dalam
penanganan kesehatan ternak
1. Memperhatikan pola makan
Sapi yang sehat adalah sapi yang selalu mempunyai nafsu makan tinggi.
Biasanya apabila ternak mengalami kesehatan yang kurang baik ternak akan
cenderung mengalami penurunan nafsu makan.
2. Cek kondisi fisik
Pemeriksaan kondisi fisik ternak dilakukan guna mengetahui keadaan fisik
ternak apakah ada yang luka atau terkena
penyakit, kondisi tubuh seperti lemas, lesu dan pucat. Tujuannya adalah agar mempercepat
ternak mendapat penanganan secara khusus.
Sanitasi
dilakukan sebagai upaya untuk menjaga kebersihan lingkungan, agar ternak
terbebas dari serangan penyakit. Menurut Sugeng (2005) sanitasi lingkungan
dilakukan untuk menciptakan rasa aman dan nyaman, bagi peternak maupun ternak
yang dipelihara, serta bebas dari gangguan infeksi penyakit yang dapat
merugikan ternak.
Sanitasi kandang di kelompok peternak banyu
tangguh di lakukan setiap hari dan Pembersihan kandang di lakukan mulai dari
1. Membersihkan kandang, mulai dari tempat pakan,
tempat minum, dan kotoran ternak.
2. Membersihkan lingkungan sekitar kandang
Dalam
kegiatan memandikan ternak para peternak melakukannya 1 minggu sekali dan dilakukan langsung oleh mereka tampa melibatkan
mahasiswa. Memandikan sapi dimulai dari, Badan sapi terutama pada bagian kulit,
sering kali kotor karena kotorannya, debu yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya peradangan kulit.
e. Penanganan
Reproduksi
Sistem perkawinan sapi bali betina di kelompok Banyu Tangguh dilakukan secara inseminai
buatan (IB) dan kawin alam supaya terjadi kebuntingan, perkawinan harus
dilakukan pada saat sapi betina birahi, apabila tidak ada kelainan, sapi bali
birahi setiap 18-21 hari (satu siklus).Tanda-tanda sapi birahi:
1) Alat kelamin luar bengkak,tampak merah,basah
dan hangat (3 A= abang,abuh dan anget).
2) Gelisah dan nafsu makanmenurun
3) Sapi mencoba menaiki sapi lain
4) Sapi akan tetap diam kalau di naiki sapi lain
5) Pangkal ekor sering terangkat
6) Keluar cairan putih bening dari vulva
(bekasnya di sekitaran paha/ekor).
Pelaksanaan perkawinan yang tepat sekitar 10
-14 jam ssejak tanda-tanda birahi, maka apabila sapi birahi pada pagi hari,
maka paling lambat sapi harus dikawinkan sebelum malam. Proses pemeriksaan
kebuntingan dapat diamati 21 hari setelah perkawinan, apabila ternak tidak
menunjukan tanda-tanda biarahi setelah perkawinan kemungkinan ternak tersebut
bunting.
Peternak dikelompok ternak Banyu Tangguh
biasanya mengamati fase estrus hanya dengan melihat tingkah laku ternak dan
kondisi vulva seperti dijelaskan diatas. Pengetahuan peternak yang kurang
membuat penanganan reproduksi menjadi kurang maksimal.
2.9. Manfaat
Kegiatan PKL
Adapun manfaat dari kegiatan praktik kerja lapang yang
dilaksanakan adalahsebagai berikut:
Bagi Mahasiswa
1.
Dapat
menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam hal manajemen pemeliharaan sapi
Bali induk.
2.
Sebagai
wahana bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dibanggku kuliah.
Bagi Fakultas
1.
Adanya
kerja sama yang baik antara tempat PKL dan Fakultas (mahasiswa terkait) Serta dosen pembibing PKL dan pengurus Fakultas
Peternakan Universitas Mataram.
2.
Mahasiswa
dapat berbagi ilmu dengan mahasiswa lainnya dalam bidang manajemen pemeliharaan
sapi Bali induk terkait kekurangan ataupun kelebihan dari manajamen
pemeliharaan sapi Bali induk yang diterangkan pada kelompok tani ternak tempat
praktik kerja lapang.
Bagi peternak
Adapun mamfaat bagi tempat
PKL yakni
1.
Kelompok
tani ternak Banyu Tangguh mendapat informasi mengenai manajemen pemeliharaan
sapi Bali induk yang lebih baik.
2.
Kelompok
tani ternak Banyu Tangguh akan terbantu dengan adanya kegiatan ini.
3.
Kelompok
tani ternak Banyu Tangguh dapat mengetahui manajemen pemeliharaan sapi Bali induk.
BAB III
PERMASALAHAN
DAN PEMECAHAN MASALAH
3.1 Permasalahan
Dalam setiap usaha peternakan ataupun usaha lainnya,
tidak terlepas dari masalah yang dapat merugikan peternak dan masarakat di
sekitarnya. Masalah-masalah yang timbul dalam usaha peternakan yang terjadi di
kelompok banyu tangguh yaitu sebagai berikut.
1. Pelaksanaan kebersihan kandang dan lingkungan
di sekitar kandang jarang dilakukan.
2. Ukuran kandang yang terlalu besar.
3. Hampir tidak pernah dimandikan sehingga ternak
menjadi kotor.
3.2. Pemecahan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang telah di paparkan di
atas, terdapat beberapa pemecahannya antara lain :
1. Pelaksanaan kebersihan kandang dan lingkungan sekitar kandang belum optimal (jarang
dilakukan) sehingga dapat mengganggu kesehatan ternak, peternak itu sendiri dan
masyarakat sekitar peternakan. Sehingga saya memberikan pengarahan kepada
peternak tentang pentingnya membersihkan kandang dan lingkungan sekitar
kandang. Agar ternak yang di pelihara terhindar dari beragam penyakit. Menurut
(Santosa, 2002), Salah satu jenis penyakit yang disebabkan karena sanitasi
kandang yang buruk adalah Scabies, scabies merupkan penyakit zoonosis dan dapat
menular pada manusia, kandang yang kotor menjadi sarang bagi tungau sarcoptes
scabei yang menjadi penyebab utama penyakit scabies. Oleh karena itu, kandang
harus bersih agar tungau penyebab penyakit scabies tidak ada.
2. Kandang ideal umumnya berukuran 3 m2/ekor,
sedangkan di kelompok ternak Banyu Tangguh ukuran kandang untuk 3 ekor ternak
berukuran 20 m2 (4mx5m). Dengan ukuran kandang seluas itu seharusnya
bisa menampung 5 - 6 ekor sapi dewasa. Akibat dari ukuran kandang yang besar membuat
terjadinya pemborosan lahan dan penambahan biaya kandang.
Dianjurkan kepada peternak sapi Banyu Tangguh
apabila nanti ada pembangunan atau peremajaan kandang untuk memperhatikan
ukuran kandang yang ideal guna mencegah
untuk terjadinya pembekakan biaya kandang.
3. Salah satu cara pencegahan ternak sapi dari
penyakit harus rutin memandikan atau membersihkan tubuh ternak, sehingga ternak
menjadi sehat dan terhindar dari penyakit seperti Scabies, scabies merupakan
penyakit zoonosis dan dapat menular pada manusia, ternak yang kotor menjadi
sarang bagi tungau sarcoptes scabei yang menjadi penyebab utama penyakit
scabies. Oleh karena itu, ternak harus bersih agar tungau penyebab penyakit
scabies tidak ada .
BAB IV
KESIMPULAN DAN
SARAN
3.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan
kegiatan Praktek kerja lapang di kandang kelompok tani Ternak Banyu tangguh
dapat di simpulkan sebagai berikut :
1.
Dari segi pemberian pakan pada ternak sapi Bali induk
berupa hijuan segar dan limbah pertanian. Rata-rata pemberian pakan pada sapi
induk adalah 30 kg hijuan segar/hari, sedangkan minumnya diberikan secara
adblivitum. Pakan yang diberikan sesuai
dengan kebutuhan ternak.
2.
Kandang kelompok tani ternak Banyu Tangguh rata-rata
berukuran 20 m2/peternak. Masing-masing diisi 3 ekor ternak.
3.
Sistem perkawinan sapi bali pada kelompok ternak Banyu Tangguh
menggunakan inseminasi buatan dan sistem kawin Alam.
4.
Menejemen pemeliharaan sapi Bali induk di lakukan secara
intensif, guna mempermudah penanganan.
4.2. Saran
1. Untuk peternak sebaiknya dalam pengamatan birahi
harus ditingkatkan.agar pelaksanaan perkawinan tepat pada waktunya.
2. Disarankan kepada kelompok peternak Banyu
Tangguh untuk memeberikan pakan tambahan seperti konsentrat.
DAFTAR PUSTAKA
Hartadi, H.,S. Reksohadiprodjo.,A.D.Tillman. 2005.tabel
komposisi pakan untuk Indonesia. Gajah mada university press, Yogyakarta
Khairdin. 2012. Jenis-jenis Sapi Potong di
Indonesia. http:// epetani. deptan.go.id/ blog/jenis-jenis-sapi-potong-di-indonesia-4037.
Diakses pada tanggal 3 November Ngadiyono
nono. 2017. Beternak Sapi. Citra aji pratama. Yogyakarta
Siregar,
S.B., 2008. Penggemukan Sapi. Cetakan ke 16. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 74 – 77, 109.
Suhubdy. 2013. Produksi ternak ruminansia (kerbau dan sapi).
Pustaka reka cipta. Bandung
Santosa, U. 2002. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Sugeng,
Y.B. 2001. Pembiakan Ternak Sapi. Gramedia, Jakarta.
Urip santoso. 2013. Tantangan dan strategi
agribisnis sapi potong. http:// agribisnis peternakan .wordpress .com/2013/04/15/tantangan –dan strategi-agribisnis-sapi-potong/.
Diakses pada tanggal 5/11/2017.
Komentar
Posting Komentar