laporan pkl 2018 ternak potong

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Sesungguhnya usaha peternakan sapi potong secara lokal memang dituntut terus berkembang, terutama bagi pemenuhan kebutuhan daging sapi secara mandiri. Kementrian Pertanian telah merespons hal itu melalui program ”Swasembada Daging Sapi” yang diharapkan akan memiliki peran ganda yaitu sebagai salah satu sumber ketahanan pangan sekaligus upaya pembangunan usaha masyarakat dipedesaaan.
Ternak sapi potong adalah salah satu jenis ternak penghasil daging yang mempunyai nilai ekonomis tinggi dan penting artinya bagi kehidupan masyarakat, sebab ternak bisa menghasilkan berbagai macam produk guna mencukupi kebutuhan manusia, terutama sebagai bahan pangan berupa daging, disamping hasil ikutan lain seperti pupuk kandang, kulit dan tulang.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat  akan produk asal ternak yang terus meningkat sebagai akibat dari peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan kesadaran akan pentingnya pangan yang bergizi, maka upaya yang dilakukan adalah dengan memacu peningkatan produksi melalui  budidaya.
 Dipulau lombok pemeliharaan ternak masih dilakukan secara tradisional, dengan metode pemeliharaan intensif, biasanya pemeliharaan diterapkan dengan campuran yaitu jantan, pedet dan betina. Pada sapi betina hal yang harus diperhatikan yaitu bagaimana penyediaan dan pemberian pakan hijuan, karena dengan campuran  antara jantan, betina dan pedet maka pemberian pakan kurang efisisen. Sementara standart kebutuhan harian pada ternak sapi yakni 10%  bobot badan untuk  hijuan segar dan 3%  dari bobot badan untuk  bahan pakan kering. pemeliharaan ternak dengan sistem kandang kolektif diperlukan upaya penyediaan pakan siap saji karena sapi ditambat dalam kandang, pengetahuan tentang konservasi hijuan sangat diperlukan oleh peternak.(Suhubdy,2013).
Pakan yang baik adalah yang mengandung  zat makanan yang memadai kualitas dan kuantitasnya, seperti energi, protein, lemak, mineral dan juga vitamin, yang semuanya dibutuhkan dalam jumlah yang tepat dan seimbang, sehinga bisa menghasilkan produk daging yang berkualitas dan berkuantitas tinggi. Kebutuhan pakan bagi ternak sangat penting karena sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, produksi  dan reproduksi.
Praktik kerja lapangan (PKL) dilaksanakan karena dalam rangka meningkatkan keterampilan mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Sejak tahun ajaran 1996/1997 telah diwajibkan mahasiswa untuk melaksanakan praktik kerja lapangan. Pada kurikulum 2009 bobot sistem kredit semester pelaksanaan pkl sama dengan 3 (3.0). SKS.
1.2   Tujuan Dan Kegunaan Praktik Kerja Lapang
1.2.1 Tujuan Kegiatan PKL
Tujuan dari kegiatan praktik kerja lapang (PKL) yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      Untuk menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam pelaksanaan manejemen pemeliharaan khususnya manajemen pemeliharaan sapi Bali induk.
2.      Mengetahui kebutuhan pakan untuk ternak sapi Bali induk.
3.      Pelaksanaan praktik kerja lapangan ini kepada mahasiswa guna memeberikan pemahaman tentang metode pemeliharaan sapi dilapangan dengan teori yang di pelajari di bangku kuliah.
1.2.2. Kegunaan kegiatan PKL
kegunaan dari praktek kerja lapangan (PKL) yang di lakukan adalah sebagai berikut:
1.      Mahasiswa dapat menambah pengalaman dan kterampilan dalam pelaksanaan menejemen pemeliharaan khususnya pemeliharaan sapi Bali induk .
2.      Mahasiswa dapat menerapkan dan membandingkan teori manajemen pemeliharaan sapi Bali induk yang di dapat dibangku kuliah pada tempat peraktik kerjalapang.
3.      Sebagai bahan kajian dan informasi bagi yang memerlukan.
4.      Mengasah mental dalam mempersiapkan diri untuk pengapdian kepada masyarakat setelah lulus dari bangku kuliah.















BAB II
KEGIATAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
2.1.  Waktu dan Lokasi PKL
Kegiatan praktik kerja lapang ini dilaksanakan dikandang kelompok ternak “Banyu Tangguh” desa Banyumulek kecamatan Kediri Lombok Barat, yang dilaksanakan mulai 24 Agustus 2017 Sampai 1 Oktober 2017.  kegiatan PKL ini dilakukan dalam waktu 3 sampai 5 jam perhari.






Gambar 01.  Profil Lokasi PKL
Nama lokasi PKL   : Kelompok Ternak Banyu Tangguh
Bidang usaha          : Pembibitan dan Penggemukan
Tahun berdiri          : 1987
Letak                        : Dusun Gubuk Baru Desa Banyumulek  Kecamatan Kediri Kabupaten Lombok Barat.

2.2.  Gambaran umum lokasi PKL
2.2.1 Letak geografis peternakan
Lokasi Kandang kelompok tani ternak Banyu Tangguh desa Banyu Mulek Kecamatan Kediri yaitu:
·         Sebelah utara : Bersebelahan dengan rumah dan sawah penduduk
·         Sebelah timur : lahan kosong
·         Sebelah selatan :Berhadapan dengan jalan raya dan rumah penduduk
·         Sebelah barat : berhadapan dengan rumah penduduk.
2.2.2 Sejarah Berdirinya Kelompok Ternak Banyu Tangguh
Kelompok ternak Banyu Tangguh terbentuk pada tahun 1987 yang dibentuk atas dasar musyawarah/mufakat yang difasilitasi oleh tentara masuk desa pada zaman orde baru. Seiring berjalannya waktu kelompok ini menjadi salah satu kelompok percontohan untuk wilayah Lombok Barat.
Sejak terbentuknya kelompok ternak Banyu Tangguh, pemerintah kabupaten Lombok Barat terus  melakukan pembinaan secara langsung berupa penyuluhan. Selain itu bantuan baik berupa sapi dan dana pengembangan usaha juga terus diberikan hingga saat ini. Pada masa era reformasi kelompok ternak kembali medapat bantuan berupa bibit sapi lokal untuk dikembangkan sebagai pembibitan.
2.3.  Metode Pelaksanaan
Metoode praktik kerja lapang ini dilakukan dengan sistem magang kerja dengan mengikuti aktivitas sesuai dengan yang diarahkan oleh fasilitator. Adapun metode yang dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1.      Wawancara dan diskusi
Metode ini dilakukan dengan mewawancarai peternak yang telibat langsung dalam kegiatan ini dan disela pekerjaan dilakuakan beberapa diskusi guna melengkapi data yang dibutuhkan.

2.       Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara langsung pada setiap kegiatan yang dilakukan di kandang kelompok ternak Banyu Tangguh.
3.      Berkerja langsung ditempat praktek kerja lapangan.
Kegiatan ini dilakukan dengan cara ikut bekerja secara langsung membantu peternak dalam setiap kegiatan mulai dari pencarian atau pengambilan pakan, pemberian pakan, pemberian air minum dan pembersihan kandang.

2.4.  Jumlah Ternak Sapi
Jumlah ternak yang dipelihara pada tahun 2017 sebanyak 48 ternak yang terdiri dari 8 ekor betina dewasa, 30 ekor jantan dewasa, 3 ekor betina umur 2-4 bulan dan 7 ekor jantan muda.
Gambar 03. Ternak yang dijadikan pengamatan.
2.5.  Perkandangan
a.      Letak kandang
Letak kandang kelompok tani ternak Banyu Tanggguh terletak di dusun Baru desa Banyumulek. Akses transportasi menuju kandang sangat mudah dengan kondisi jalan menggunakan aspal..

b.      Kontruksi kandang
1.      Atap kandang
·         Bahan atap kandang terbuat dari seng dan genteng.
·         Kira-kira kemiringan atap sekitar 300
2.      Tinggi bangunan
Rata-rata tinggi bangunan kandang dikelompok tani Ternak Banyu tangguh sekitar 2 m sampai 2,5 m
3.      kerangka kandang
terbuat dari bambu dan kayu.
4.      Dinding kandang
Dinding kandang yang dipasang terbuat dari kayu papan dan bambu.
5.      Lantai kandang
Lantai kandang menggunakan tanah dan permukaannya tidak terlalu rata, kira kemiringannya kurang lebih 30 (derajat)
6.      Tempat pakan dan air minum
Lantai tempat pakan terbuat dari papan kayu dan tanah, sedangkan dindingnya terbuat dari bambu, seng dan papan kayu.
IMG_20170826_144010_HDR.jpg
Gambar 04 tempat pakan dan air minum
7.      Tempat air minum menggunakan ember
8.      Gang dan jalan dan selokan/parit
Lebar  gang atau jalan pada kandang 2 m
Sebagian kandang memiliki parit atau selokan kecil dan sebagiannya tidak.
c.       Kapasitas kandang
Kelompok tani ternak Banyu Tangguh memiliki 4 kandang. Setiap kandang di berikan sekat dari bambu dan kayu guna mempermudah proses penanganan ternak dari masing-masing pemilik ternak. Setiap kandang yang sudah disekat memiliki luas 20 m2 (4 m x 5 m) dengan kapasitas maksimal 3 ekor.
Luas kandang yang besar di kelompok tani ternak banyu tangguh merupakan pemborosan lahan. Ukuran kandang yang ideal adalah 1,5 m x 2 m (3 m2). Dengan ukuran sebesar 20 m2 seharusnya kandang tersebut mampu menampung kurang lebih 6 ekor sapi dewasa.
d.      Kondisi kandang
Berikut adalah gambar kandang dikelompok tani ternak Banyu Tangguh.
Gambar 05 saluran irigasi kandang
          Bentuk kandang adalah kandang terbuka sehingga memiliki sirkulasi udara yang baik, sedangkan untuk lantai kandang masih menggunakan tanah sehingga mempersulit proses pembersihan. Berikut gambar denah lokasi kandang.
Keterangan
1.      Kandang 1
2.      Kandang 2
3.      Kandang 3
4.      Kandang 4
5.      Posko keamanan 1
6.      Sumur sebagai sumber air peternakan
7.      Posko keamanan 2
8.      Gudang peralatan
9.      Gudang pakan.

2.6. Penanganan Ternak
Jumlah sapi Bali induk yang digunakan sebagai materi PKL yang ada dikelompok tani ternak Banyu Tangguh yaitu 8 ekor dengan umur yang berbeda-beda.
Tabel 1.  Identifikasi Umur Dari Jumlah Gigi Tetap Sapi
No Sapi
Nama Pemilik
Induk
Keterangan
Gigi
Umur/tahun
1
Murinah
I 4 ( 4 pasang)
9
Tidak Bunting
2
Mahsun
I 3 ( 3 pasang)
3
Tidak Bunting
3
I 2 ( 2 pasang)
2 - 2,5
Bunting 4 Bulan
4
Mahyun
I 3 ( 3 pasang)
3,5 - 4,5
Baru Melahirkan
5
I 2 ( 2 pasang)
2 - 2,5
Baru Melahirkan
6
Pak Safi'i
I 4 ( 4 pasang)
10
Tidak Bunting
7
I 2 ( 2 pasang)
2 - 2,5
Tidak Bunting
8
Amak Musti
I 2 ( 2 pasang)
2 - 2,5
Tidak Bunting
Umumnya untuk menentukan umur ternak dengan cara melihat gigi ternak yang sudah ganti dari gigi susu ke gigi tetap, metode ini sudah sangat di kenal oleh masyarakat. Dan hal tersebut menjadi dasar bagi saya untuk menduga umur ternak yang saya jadikan sebagai materi PKL. Untuk sapi nomor 2,4,6 dan 8 belum siap dikawinkan karena baru melahirkan dan belum menujukan tanda-tanda birahi setelah kelahiran, sedangkan sapi nomer 5 sudah siap untuk di kawinkan kembali karena sudah birahi, pengetahuan peternak tentang tanda-tanda estrus masih kurang sehingga peternak telat mengawinkan ternak tersebut yang mengakibatkan terlewatkannya fase estrus ,sebenarnya semakin cepat dikawinkan semakin baik. Hal tersebut di lakukan agar jarak beranak atau calving interval ternak lebih pendek. Untuk sapi nomer 3 pemberian pakanya tidak dilanjutkan karena ternak tersebut mati secara mendadak pada hari ke 24 bertepatan dengan tanggal 16 september 2017.
Penafsiran bobot badan sapi  dikelompok tani ternak Banyu Tangguh dilakukan  oleh praktikan dengan menggunakan pendugaan rumus schrool yaitu :
Berat badan (kg) = (Lingkar Dada (cm) + 22)2
                                         100
Penafsiran bobot badan dilakukan  untuk mengetahui jumlah kebutuhan pakan.
Tabel 02. Estimasi bobot badan berdasarkan lingkar dada.
No Sapi
Umur Ternak (Tahun)
Lingkar Dada (Cm)
Estimasi Bobot Badan (Kg)
1
9
138
256
2
3
135
246
3
2 -2,5
128
225
4
3 -3,5
137
253
5
2- 2,5
127
222
6
10
138
256
7
2-2,5
125
216
8
2-2,5
126
219

1.7. Pakan
Secara alamiah pakan utama ternak sapi adalah hijauan yang dapat berupa rumput alam atau lapangan, rumput unggul, leguminosa, limbah pertanian serta tanaman hijauan lainnya. Dalam pemilihan pakan hijauan harus diperhatikan disukai ternak atau tidak, mengandung racun (toxin) atau tidak yang dapat membahayakan perkembangan ternak yang mengkonsumsi. Namun permasalahan yang ada bahwa hijauan di daerah tropis mempunyai kualitas yang kurang baik sehingga untuk memenuhi kebutuhan nutrien perlu ditambah dengan pemberian pakan konsentrat (Siregar, 2008).
a.      Sumber pakan
Sumber pakan sapi Bali di kelompok tani ternak Banyu Tangguh berasal dari persawahan, perkebunan dan padang pengembalaan. Pakan yang di ambil dari sawah berupa rumput gajah dan jerami padi, sedangkan di padang pengembalaan dan area perkebunan berupa rumput lapangan.
b.      Jenis Pakan
Jenis pakan yang paling sering diberikan pada ternak yaitu rumput lapangan, jerami padi, batang pisang, jagung, rumput gajah dan berbagai macam leguminosa pakan yang di berikan pada ternak sapi bervariasi antara sapi satu dengan sapi yang lain tergantung dari pemilik sapi yang memberikan pakan.
Pakan yang selalu tersedia dan tetap diberikan berupa rumput lapangan, rumput gajah dan limbah pertanian.Sedangkan untuk jagung,jerami padi diberikan disaat waktu panen. Berikut gambar pakan yang diberikan:

IMG_20170912_143301_HDR.jpg
Rumput lapangan
Rumput gajah
Jagung dan jerami padi
Gambar 07. Jenis pakan.
2.8. Kegiatan rutin.
Berikut adalah kegiatan-kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap harinya.
a.      Membersihkan kandang.
Pembersihan kandang dilakukan setiap hari pada waktu pagi hari yaitu meliputi pembersihan kotoran ternak, membersihkan tempat pakan dan minum, membersihkan sekitar lingkungan kandang dan membersihkan ternak.

b.      Pemberian pakan
Pemberian pakan pada kelompok tani ternak Banyu Tangguh di lakukan 2 kali dalam sehari yaitu pada pagi dan sore hari  dengan jumlah pakan bervariasi. Kebutuhan pakan berupa hijuan di kelompok tani Ternak Tanyu tangguh bervariasi tergantung dari bobot badan.
Tabel 03. Rata-rata jumlah pemberian pakan berdasar kebutuhan pada ternak
No Sapi
Lingkar Dada (Cm)
Estimasi Bobot Badan (Kg)
kebutuhan pakan 10 % BB
pemberian pakan
pagi
sore
total
1
138
256
25.6
20
15
35
2
135
246
24.6
15
15
30
3
128
225
22.5
15
15
30
4
137
253
25.3
15
15
30
5
127
222
22.2
15
15
30
6
138
256
25.6
20
10
30
7
125
216
21.6
20
10
30
8
126
219
21.9
10
15
25
 Rata-rata pemberian 30 kg/hari. Pada pagi hari di berikan sekitaran jam 07.00 (WITA) dan pada sore hari di berikan sekitaran jam 14.00 (WITA). Dan untuk pemberian pakan pada ternak itu sendiri sudah tercukupi.
c.       Pemberian minum
Untuk  pemberian air minum ternak diberikan secara adblivitum menggunakan ember, dan pemberian minumpun tidak beraturan atau tidak tentu tergantung kapan dia habis.
Gambar 06. Pemberian pakan dan minum

d.      Penanganan kesehatan dan sanitasi
Kesehatan merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada kondisi ternak, dan mutlak diperlukan karena dapat mencegah kerugian bila terjangkit penyakit. Dengan demikian diperlukan pencegahan, penanganan dan penanggulangan penyakit. Berikut adalah kegiatan – kegiatan dalam penanganan kesehatan ternak
1.      Memperhatikan pola makan
Sapi yang sehat adalah sapi yang selalu mempunyai nafsu makan tinggi. Biasanya apabila ternak mengalami kesehatan yang kurang baik ternak akan cenderung mengalami penurunan nafsu makan.
2.      Cek kondisi fisik
Pemeriksaan kondisi fisik ternak dilakukan guna mengetahui keadaan fisik ternak apakah ada yang  luka atau terkena penyakit, kondisi tubuh seperti lemas, lesu dan pucat. Tujuannya adalah agar mempercepat ternak mendapat penanganan secara khusus.

Sanitasi dilakukan sebagai upaya untuk menjaga kebersihan lingkungan, agar ternak terbebas dari serangan penyakit. Menurut Sugeng (2005) sanitasi lingkungan dilakukan untuk menciptakan rasa aman dan nyaman, bagi peternak maupun ternak yang dipelihara, serta bebas dari gangguan infeksi penyakit yang dapat merugikan ternak.
Sanitasi kandang di kelompok peternak banyu tangguh di lakukan setiap hari dan Pembersihan kandang di lakukan mulai dari
1.      Membersihkan kandang, mulai dari tempat pakan, tempat minum, dan kotoran ternak.  
2.      Membersihkan lingkungan sekitar kandang
Dalam  kegiatan  memandikan  ternak para peternak melakukannya  1 minggu sekali dan dilakukan  langsung oleh mereka tampa melibatkan mahasiswa. Memandikan sapi dimulai dari, Badan sapi terutama pada bagian kulit, sering kali kotor karena kotorannya, debu yang bertujuan untuk mencegah terjadinya peradangan kulit.
e.       Penanganan Reproduksi
Sistem perkawinan sapi bali betina di kelompok  Banyu Tangguh dilakukan secara inseminai buatan (IB) dan kawin alam supaya terjadi kebuntingan, perkawinan harus dilakukan pada saat sapi betina birahi, apabila tidak ada kelainan, sapi bali birahi setiap 18-21 hari (satu siklus).Tanda-tanda sapi birahi:
1)      Alat kelamin luar bengkak,tampak merah,basah dan hangat (3 A= abang,abuh dan anget).
2)      Gelisah dan nafsu makanmenurun
3)      Sapi mencoba menaiki sapi lain
4)      Sapi akan tetap diam kalau di naiki sapi lain
5)      Pangkal ekor sering terangkat
6)      Keluar cairan putih bening dari vulva (bekasnya di sekitaran paha/ekor).
Pelaksanaan perkawinan yang tepat sekitar 10 -14 jam ssejak tanda-tanda birahi, maka apabila sapi birahi pada pagi hari, maka paling lambat sapi harus dikawinkan sebelum malam. Proses pemeriksaan kebuntingan dapat diamati 21 hari setelah perkawinan, apabila ternak tidak menunjukan tanda-tanda biarahi setelah perkawinan kemungkinan ternak tersebut bunting.
Peternak dikelompok ternak Banyu Tangguh biasanya mengamati fase estrus hanya dengan melihat tingkah laku ternak dan kondisi vulva seperti dijelaskan diatas. Pengetahuan peternak yang kurang membuat penanganan reproduksi menjadi kurang maksimal.
2.9.       Manfaat Kegiatan PKL
Adapun manfaat dari kegiatan praktik kerja lapang yang dilaksanakan adalahsebagai berikut:
Bagi Mahasiswa
1.      Dapat menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa dalam hal manajemen pemeliharaan sapi Bali induk.
2.      Sebagai wahana bagi mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang diperoleh dibanggku kuliah.

Bagi Fakultas
1.      Adanya kerja sama yang baik antara tempat PKL dan Fakultas (mahasiswa terkait) Serta  dosen pembibing PKL dan pengurus Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
2.      Mahasiswa dapat berbagi ilmu dengan mahasiswa lainnya dalam bidang manajemen pemeliharaan sapi Bali induk terkait kekurangan ataupun kelebihan dari manajamen pemeliharaan sapi Bali induk yang diterangkan pada kelompok tani ternak tempat praktik kerja lapang.
Bagi peternak
Adapun mamfaat bagi tempat PKL yakni
1.      Kelompok tani ternak Banyu Tangguh mendapat informasi mengenai manajemen pemeliharaan sapi Bali induk yang lebih baik.
2.      Kelompok tani ternak Banyu Tangguh akan terbantu dengan adanya kegiatan ini.
3.      Kelompok tani ternak Banyu Tangguh dapat mengetahui manajemen pemeliharaan sapi Bali induk.


BAB III
PERMASALAHAN DAN PEMECAHAN MASALAH
3.1  Permasalahan
Dalam setiap usaha peternakan ataupun usaha lainnya, tidak terlepas dari masalah yang dapat merugikan peternak dan masarakat di sekitarnya. Masalah-masalah yang timbul dalam usaha peternakan yang terjadi di kelompok banyu tangguh yaitu sebagai berikut.
1.      Pelaksanaan kebersihan kandang dan lingkungan di sekitar kandang jarang dilakukan.
2.      Ukuran kandang yang terlalu besar.
3.      Hampir tidak pernah dimandikan sehingga ternak menjadi kotor.
3.2.  Pemecahan Masalah
Dari beberapa permasalahan yang telah di paparkan di atas, terdapat beberapa pemecahannya antara lain :
1.      Pelaksanaan kebersihan kandang dan lingkungan  sekitar kandang belum optimal (jarang dilakukan) sehingga dapat mengganggu kesehatan ternak, peternak itu sendiri dan masyarakat sekitar peternakan. Sehingga saya memberikan pengarahan kepada peternak tentang pentingnya membersihkan kandang dan lingkungan sekitar kandang. Agar ternak yang di pelihara terhindar dari beragam penyakit. Menurut (Santosa, 2002), Salah satu jenis penyakit yang disebabkan karena sanitasi kandang yang buruk adalah Scabies, scabies merupkan penyakit zoonosis dan dapat menular pada manusia, kandang yang kotor menjadi sarang bagi tungau sarcoptes scabei yang menjadi penyebab utama penyakit scabies. Oleh karena itu, kandang harus bersih agar tungau penyebab penyakit scabies tidak ada.
2.      Kandang ideal umumnya berukuran 3 m2/ekor, sedangkan di kelompok ternak Banyu Tangguh ukuran kandang untuk 3 ekor ternak berukuran 20 m2 (4mx5m). Dengan ukuran kandang seluas itu seharusnya bisa menampung 5 - 6 ekor sapi dewasa. Akibat dari ukuran kandang yang besar membuat terjadinya pemborosan lahan dan penambahan biaya kandang.
Dianjurkan kepada peternak sapi Banyu Tangguh apabila nanti ada pembangunan atau peremajaan kandang untuk memperhatikan ukuran kandang  yang ideal guna mencegah untuk terjadinya pembekakan biaya kandang.
3.    Salah satu cara pencegahan ternak sapi dari penyakit harus rutin memandikan atau membersihkan tubuh ternak, sehingga ternak menjadi sehat dan terhindar dari penyakit seperti Scabies, scabies merupakan penyakit zoonosis dan dapat menular pada manusia, ternak yang kotor menjadi sarang bagi tungau sarcoptes scabei yang menjadi penyebab utama penyakit scabies. Oleh karena itu, ternak harus bersih agar tungau penyebab penyakit scabies tidak ada .










BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan kegiatan Praktek kerja lapang di kandang kelompok tani Ternak Banyu tangguh dapat di simpulkan sebagai berikut :
1.      Dari segi pemberian pakan pada ternak sapi Bali induk berupa hijuan segar dan limbah pertanian. Rata-rata pemberian pakan pada sapi induk adalah 30 kg hijuan segar/hari, sedangkan minumnya diberikan secara adblivitum.  Pakan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ternak.
2.      Kandang kelompok tani ternak Banyu Tangguh rata-rata berukuran 20 m2/peternak. Masing-masing diisi 3 ekor ternak.
3.      Sistem perkawinan sapi bali pada kelompok ternak Banyu Tangguh menggunakan inseminasi buatan dan sistem kawin Alam.
4.      Menejemen pemeliharaan sapi Bali induk di lakukan secara intensif, guna mempermudah penanganan.
4.2.  Saran
1.      Untuk peternak sebaiknya dalam pengamatan birahi harus ditingkatkan.agar pelaksanaan perkawinan tepat pada waktunya.
2.      Disarankan kepada kelompok peternak Banyu Tangguh untuk memeberikan pakan tambahan seperti konsentrat.





DAFTAR PUSTAKA
Hartadi, H.,S. Reksohadiprodjo.,A.D.Tillman. 2005.tabel komposisi pakan untuk Indonesia. Gajah mada university press, Yogyakarta

Khairdin. 2012. Jenis-jenis Sapi Potong di Indonesia.  http:// epetani. deptan.go.id/ blog/jenis-jenis-sapi-potong-di-indonesia-4037. Diakses pada tanggal 3 November  Ngadiyono nono. 2017. Beternak Sapi. Citra aji pratama. Yogyakarta

Siregar, S.B., 2008. Penggemukan Sapi. Cetakan ke 16. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 74 – 77, 109.
Suhubdy. 2013. Produksi ternak ruminansia (kerbau dan sapi). Pustaka reka cipta. Bandung
Santosa, U. 2002. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya: Jakarta.
Sugeng, Y.B. 2001. Pembiakan Ternak Sapi. Gramedia, Jakarta.
Urip santoso. 2013. Tantangan dan strategi agribisnis sapi potong.  http:// agribisnis peternakan  .wordpress .com/2013/04/15/tantangan –dan strategi-agribisnis-sapi-potong/. Diakses pada tanggal 5/11/2017.



Komentar