laporan bioteknologi



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar belakang
Plasmid  adalah molekul DNA  sirkuler  berukuran  relatif  kecil  di  luar  kromosom  yang  terdapat  di  dalam  sel  prokariot, khususnya  bakteri  dan  sel  eukariotik  tingkat  rendah . DNA plasmid berukuran lebih kecil dari DNA kromosom dan dapat bereplikasi sendiri. Plasmid biasanya digunakan dalam  teknologi DNA  rekombinan menggunakan E. coli  sebagai host, sehingga dalam rekayasa genetika plasmid sering digunakan sebagai vektor untuk membawa gen-gen  tertentu  yang  diinginkan  ke  dalam  suatu  sel  inang. Gen-gen  tersebut  selanjutnya akan mengekspresikan  produk  komersial  tertentu  seperti  insulin,  interferon,  dan  berbagai enzim (Stanfield 1996). Penggunaan plasmid dalam DNA rekombinan dilakukan karena plasmid memiliki tiga region yang berperan penting untuk DNA kloning, yaitu,  replication origin, marker yang memungkinkan  adanya  seleksi  (biasanya  gen  resisten  antibiotik)  dan  region  yang mampu disisipi oleh fragmen DNA dari luar (Lodish et al).
Elektroforesis  DNA  merupakan  teknik  untuk  memisahkan  sampel  DNA  berdasarkan   ukuran  (berat  molekul)  dan  struktur  fisik  molekulnya. Posisi molekul yang terpisah pada gel dapat dideteksi dengan pewarnaan atau autoradiografi, ataupun dilakukan kuantifikasi dengan densitometer. Elektroforesis untuk makromolekul memerlukan matriks penyangga untuk mencegah terjadinya difusi karena timbulnya panas dari arus listrik yang digunakan. Gel poliakrilamid dan agarosa merupakan matriks penyangga yang banyak dipakai untuk pemisahan protein dan asam nukleat (DNA). Bila berada dalam suatu medan listrik, molekul biologi yang bermuatan positif akan bermigrasi ke elektroda negatif dan sebaliknya. Prinsip inilah yang dipakai dalam elektroforesis untuk memisahkan molekulmolekul berdasarkan muatannya. Molekul DNA bermuatan negatif sehingga di dalam medan listrik akan bermigrasi melalui matriks gel menuju kutub positif . Makin besar ukuran molekulnya, makin rendah  laju  migrasinya.  Berat  molekul  suatu  fragmen  DNA  dapat  diperkirakan  dengan membandingkan laju migrasinya dengan laju migrasi fragmen-fragmen molekul DNA standar (DNA marker)  yang  telah  diketahui  ukurannya.
Isolasi plasmid bisa dilakukan dengan menggunakan metode minipreparasi alkali lisis. Metode ini menggunakan dasar bahwa plasmid mempunyai ukuran yang kecil dan bentuknya melingkar kuat, sedangkan kromosom ukuranya lebih besar dan bentuknya kurang melingkar kuat. Dari hal ini memungkinkan pemilihan secara selektif dengan menggunakan presipitasi (Jmu, 2008). Plasmid penting untuk diisolasi, hal ini untuk karakteristik beberapa bakteri, oleh karena itu, penting sekali dilakukan praktikum tentang Mini-Preparasi DNA Plasmid.
1.2. Tujuan
Mengetahui dan Mengisolasi plasmid untuk vektor kloning. Mengetahui dan dapat menghitung konsentrasi DNA/ RNAdengan spektrofotometri; dapat menganalisa kualitas DNA/RNA, dan mengetahui cara mendeteksi DNA dengan gel.
1.3. Waktu Dan Tanggal Praktikum
Waktu Praktikum    : 09:00 PM- Selesai
Tanggal Praktikum  : 11/12/2013
Tempat Praktikum   : Laboraturium Mikrobiologi Dan Bioteknologi Fakultas Peternakan Unuversitas Mataram



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rekayasa genetika merupakan salah satu ilmu terapan dalam merekayasa materi genetik untuk kepentingan manusia. Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Rekayasa genetika sudah digunakan dalam berbagai bidang kehidupan yaitu bidang kedokteran dan farmasi, ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanianlaporan bioteknologi (termasuk peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-masing. Rekayasa genetika sendiri merupakan teknikn untuk memodifikasi DNA (sebagai substansi kimiawi dalam kromosom yang bertanggung jawab atas pewarisan sifat) untuk menghasilkan produk-produk baru yang memiliki kombinas sifat yang diinginkan (Chang 2009).
Plasmida adalah unsur genetik di luar kromosom (ekstrakromosoma) yang mengadakan replikasi secara autonom di dalam sel bakteri. DNA-nya berbentuk lingkaran dan beruntai ganda. Dan plasmida itu mendukung gen yang diperlukan baik untuk replikasi plasmida maupun untuk fungsi lain. Umumnya wahana plasmida mempunya densitas apungan berlainan daripada DNA inang dan dengan mudah dapat dimurnikan. Beberapa plasmida memiliki beberapa kemampuan untuk berintegrasi ke dalam kromosom inang, dan plasmida ini disebut episom (Widyastuti, 2006).
Keberadaan plasmid merupakan hal terpenting dalam teknik DNA rekombinan. Keberhasilan suatu teknik DNA rekombinan tergantung dari hasil mengisolasi dan memurnikan DNA plasmid dari bakteri atau yeast. Pemurnian DNA plasmid dilakukan untuk menghilangkan berbagai pengotor-pengotor yang berasal dari bagian sel yaitu dinding sel dan beberapa protein (Sambrook & Russell 2006).
Plasmid adalah DNA untai ganda yang berbentuk sirkuler yang berada diluar DNA kromosomal bakteria. DNA ekstrakromosomal yang etrjadi secara alamiah pada bakteria, yeast, dan beberapa sel eukaryotik yang berada secara simbiotik maupun parasitik pada sel inang. Ukuran plasmid DNA lebih dari 100 kb. Sebagaimana sel inang yang menggandakan DNA kromosomal, sebelum membelah plasmid juga melakukannya (Lodish, dkk, 2004).
Dalam dunia rekombinasi, plasmid yang sering digunakan adalah plasmid dari bakteri E. coli, hal dikarenakan plasmid pada bakteri ini adalah plasmid yang mempunyai ukuran yang cukup panjang, sehingga ketika direduksi, maka plasmid ini akan menghasilkan ukuran sekitar 3 bp panjangnya (Lodish, 2000). Isolasi plasmid bisa menggunakan metode minipreparation, dimana metode ini digunakan untuk menekstrak DNA plasmid dari suspensi sel bakteri dan didasarkan pada prosedur alkalin lysis yang telah dikembangkan oleh Birnboim and Doly (dalam penelitianya tentang asam nukleat 7:1513, 1979) (Rachdie. 2008).
Dua tipe utama prosedur yang digunakan untuk memurnikan DNA adalah sentrifugasi dan ekstraksi secara kimiawi. Prinsip-prinsip dari sentrifugasi adalah dengan memisahkan molekul berdasarkan ukuran dan berat molekul. Sampel yang disentrifugasi dengan kecepatan tinggi dan gaya sentrifugal menyebabkan komponen yang lebih besar dan lebih berat akan terendap di dasar tabung yang biasa disebut dengan pelet, sedangkan molekul yang ukuran dan beratnya lebih kecil akan berada pada lapisan yang atas yang biasa disebut dengan supernatan. Sebagai contoh, pemecahan sel bakteria dengan menggunakan lysozim dan detergen akan menghasilkan larutan yang mengandung fragmen-fragmen dinding sel yang lebih kecil dan fragmen DNA yang merupakan molekul raksasa. Apabila larutan tersebut disentrifugasi maka DNA dan beberapa komponen besar lainnya akan mengendap di dasar tabung sentrifus. sedangakan fragmen dinding sel bersama dengan berbagai komponen larut lainnya bercampur pada supernatan (Calladine,. 2004)
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1.       Materi Praktikum
3.1.1 Alat-alat praktikum
               Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
1.    Mikropipet
2.    Tabung efendorf
3.    Vortex
4.    Sentrifugasi (sentrifus)
5.    Tip
6.    Gloves

3.1.2 Bahan-bahan praktikum
               Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
Larutan 1
Lartan II
Larutan III
50 Mm glucose
0.2 NaOH (harus fresh)
5 M potassium acetate 60 ml
25 mM Tris-Cl (pH 8.0)
1% SDS
Acetic acid glacial 11.5 ml
10 mM EDTA (pH 8.0)

H2O 28.5 ml

               Bahan-bahan lain :
1.    Etanol 10 %
2.    Etanol 70 %
3.    Phenolchloroform

3.2.       Metode Praktikum
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

Ø  Resusupensikan pellet dengan 100 µl larutan I dingin. mencampur dengan merata dengan menggunakan vortex,diulang selama 3x.
Ø  Menambahkan 200µl larutan II.mecampur dengan merata dengan cara membolak balik tabung dengan cepat beberapa kali (jangan menggunakan vortez!)
Ø  Menambahkan 150µl larutan III dingin.Vortex selama beberapa detik sehingga larutan kelihatan tercampur kemudian balikkan posisi tabung (inverted) selamam 10 detik. Kembalikan tabung keposisi semula dan simpan dalam kotak pendingin selama 3-5 menit.
Ø  Paratikan melakukan sentrifugasi (12,000 rpm) selama 5 menit pada suhu 4ºc ,setelah sentrifugasi ,ambil supernatant dan pindahkan ke tabung lain.
Ø  Menambahkan phenol:chloroform dengan perbandingan volume 1:1 dengan jumlah supernatant yang diperoleh ,misalkan volume supernatant yang diperoleh adalah 300 µl.
Ø  Mencampur dengan merata dengan menggunakan vortex kemudian lakukan sentrifugasi (12,000 rpm) selama 2 menit pada suhu 4ºc.
Ø  Setelah sentrifugasi, praktikan mengambil supernatant dan pindahkan ke dalam tabung lain.
Ø  Menambahkan etanol (2x volume supernatant ) untuk memperesipitasikan DNA.Campur dengan vortex, kemudian biarkan pada suhu kamar selama 2 menit.
Ø  Melakukan sentrifugasi 12,000 rpm selama 5 menit pada suhu 4ºc.
Ø  Membuang supernatant perlahan lahan ,balikkan tabung dan biarkan kering udara selama beberapa menit.
Ø  Membilas DNA pellet dengan ethanol 70% (dingin) kemudian sentrifugasi seperti cara no 9.
Ø  Membuang supernatant, balikkan tabung dan biarkan kering udara selama 10 menit.
Ø  Resuspensi DNA dengan 25 µl buffer TE(Ph 8.0)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1  Hasil Praktikum
Adapun hasil dari Isolasi DNA Plasmid kali ini adalah :
Dapat diketahui bahwa dalam proses mengisolasi plasmid dari suatu bakteri, ada tiga tahappenting yang perlu dilakukan yaitu : 
1. Lisis membran sel bakteri 
2. Ektraksi DNA
3. Pengendapan DNA.
Proses lisis diawali dengan adanya pemberian SDS + NaOH dimana SDS (sodium dodesil sulphate)  merupakan  deterjen  yang  berperan  untuk  melisis  dinding atau membransel yang terdiri dari lipid (fosfolipid) dan  NaOH  sebagai  larutan basa berfungsi untuk denaturasi  protein  atau  DNA  (DNA  doublestrain  menjadi  single  strain).  Terjadinya proses lisis  ditandai  dengan  terbentuknya lendir. Kemudian larutan disentrifugasi untuk diambil supernatannya  berupa  lautan suspensi.
Photo0442.jpg


         Suprnatan

           Pelet

Gambar 1. Ekstraksi DNA

Pada larutan suspensi sebelum diekstraksi, terdapat senyawa  DNA  plasmid, RNA, Protein, Senyawa Organik dan  Komponen Lipid. Ekstraksi dilakukan dengan adanya penambahan PCI (Phenol-Chloroform-Isoamyl  Alcohol)  dengan  tujuan untuk memisahkan antara  DNA  dan  komponen lainnya dimana Phenol-Chloroform berfungsi sebagai pelarut dari  senyawa  organik  dan  komponen  lipid. Dengan dilakukannya ekstraksi  menggunakan  PCI   maka  setelah  disentrifugasi  terbentuklah  3  fase  dimana  terdiridari fase air yang ada di  paling  atas  tempat  DNA  plasmid  berada,  protein yang terkoagulasi di fase yang ada di tengah dan fase Phenol-Chloroform yang  ada  di  paling bawah karena sifat chloroform yang berat jenisnya besar.
Photo0450.jpg 







Gambar 2. Pemurnian DNA dengan etanol
        
 Fase air yang di ambil kemudian di endapkan menggunakan sodium acetat untuk menciptakan kondisi netral dan alcohol untuk mengikat air yang sebelumnya terikat pada DNA sehingga DNA mengendap dengan sentrifugasi.
Pelet yang di dapat kemudian di murnikan dengan menambah etanol 170% yang kemudian di sentrifugasi  untuk di dapatkan pelet. Pada tahap ini tidak perlu dilakukan resuspensi karena apabil dilakukan resuspensi DNA  akan  sulit mengendap karena pH nya tidak netrallagi.  Penambahan RNase dapat   diberikan untuk menghilangkan sisa-sisa fragmen RNA setelah dilakukan pemurnian dan proses vakum dengan bantuan larutan buffer TE ataupun dH2O.
 
4.2. Pembahasan
Plasmid adalah molekul DNA sirkuler berukuran relatif kecil di luar kromosom yang terdapat di dalam sel prokariot, khususnya bakteri. Plasmid tersebar luas di antara organisme prokariot dengan ukuran yang bervariasi dari sekitar 1 kb hingga lebih dari 250 kb (1 kb = 1000 pb). Agar dapat digunakan sebagai vektor kloning, plasmid harus memenuhi syarat-syarat berikut ini:
1.    Mempunyai ukuran relatif kecil bila dibandingkan dengan pori dinding sel inang sehingga dapat dengan mudah melintasinya,
2.    Mempunyai sekurang-kurangnya dua gen marker yang dapat menandai masuk tidaknya plasmid ke dalam sel inang,
3.    Mempunyai tempat pengenalan restriksi sekurang-kurangnya di dalam salah satu marker yang dapat digunakan sebagai tempat penyisipan fragmen dna, dan
4.    Mempunyai titik awal replikasi (ori) sehingga dapat melakukan replikasi di dalam sel inang.

Pada dasarnya upaya untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkan melalui teknologi DNA rekombinan melibatkan beberapa tahapan tertentu. Tahapan-tahapan tersebut adalah isolasi DNA genomik/kromosom yang akan diklon, pemotongan molekul DNA menjadi sejumlah fragmen dengan berbagai ukuran, isolasi DNA vektor, penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor untuk menghasilkan molekul DNA rekombinan, transformasi sel inang menggunakan molekul DNA rekombinan, reisolasi molekul DNA rekombinan dari sel inang, dan analisis DNA rekombinan.
Isolasi DNA diawali dengan perusakan dan atau pembuangan dinding sel, yang dapat dilakukan baik dengan cara mekanis seperti sonikasi, tekanan tinggi, beku-leleh maupun dengan cara enzimatis seperti pemberian lisozim. Langkah berikutnya adalah lisis sel. Bahan-bahan sel yang relatif lunak dapat dengan mudah diresuspensi di dalam medium bufer nonosmotik, sedangkan bahan-bahan yang lebih kasar perlu diperlakukan dengan deterjen yang kuat seperti triton X-100 atau dengan sodium dodesil sulfat. DNA yang telah dibersihkan dari protein dan remukan sel masih tercampur dengan RNA sehingga perlu ditambahkan RNAse untuk membersihkan DNA dari RNA. Molekul DNA yang telah diisolasi tersebut kemudian dimurnikan dengan penambahan amonium asetat dan alkohol atau dengan sentrifugasi kerapatan menggunakan CsCl.
Teknik isolasi DNA tersebut dapat diaplikasikan, baik untuk DNA genomik maupun DNA vektor, khususnya plasmid. Untuk memilih di antara kedua macam molekul DNA ini yang akan diisolasi dapat digunakan dua pendekatan. Pertama, plasmid pada umumnya berada dalam struktur tersier yang sangat kuat atau dikatakan mempunyai bentuk covalently closed circular (CCC), sedangkan DNA kromosom jauh lebih longgar ikatan kedua untainya dan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi. Perbedaan tersebut menyebabkan DNA plasmid jauh lebih tahan terhadap denaturasi apabila dibandingkan dengan DNA kromosom. Oleh karena itu, aplikasi kondisi denaturasi akan dapat memisahkan DNA plasmid dengan DNA kromosom.
Pendekatan kedua didasarkan atas perbedaan daya serap etidium bromid, zat pewarna DNA yang menyisip atau melakukan interkalasi di sela-sela basa molekul DNA. DNA plasmid akan menyerap etidium bromid jauh lebih sedikit daripada jumlah yang diserap oleh DNA kromosom per satuan panjangnya. Dengan demikian, perlakuan menggunakan etidium bromid akan menjadikan kerapatan DNA kromosom lebih tinggi daripada kerapatan DNA plasmid sehingga keduanya dapat dipisahkan melalui sentrifugasi kerapatan.
DNA plasmid merupakan wadah yang digunakan untuk kloning gen, sehingga DNA plasmid harus di pisahkan dari DNA kromosom. DNA plasmid mempunyai ukuran yang jauh lebih kecil daripada DNA kromosom. Untuk memisahkan DNA plasmid, maka memerlukan perlakuan yang sedikit berbeda dengan prosedur di atas. Pertama, membran sel dilisis dengan penambahan detergen. Proses ini membebaskan DNA kromosom, DNA plasmid, RNA, protein dan komponen lain. DNA kromosom dan protein diendapkan dengan penambahan potasium. DNA + protein + potasium yang mengendap dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Supernatan yang mengandung DNA plasmid, RNA dan protein yang tersisa dipisahkan. Kemudian ditambahkan RNase dan protese untuk mendegradasi RNA dan protein. Akhirnya DNA plasmid dapat dipresipitasi menggunakan etanol.
Gen-gen yang terdapat di dalam plasmid pada umumnya tidak esensial bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup individu bakteri, tetapi sering kali menyandi sintesis protein untuk resistensi terhadap antibiotik. Dalam rekayasa genetika plasmid sering digunakan sebagai vektor untuk membawa gen-gen tertentu yang diinginkan ke dalam suatu sel inang. Gen-gen tersebut selanjutnya akan mengekspresikan produk komersial tertentu seperti insulin, interferon, dan berbagai enzim.
Plasmid yang diisolasi berasal dari bakteri. Proses ini dikenal sebagai proses mini preparation karena jumlahnya hanya sekitar 1-20µg. Sedangkan untuk jumlah yang lebih besar (100-200µg) dinamakan midi preparation dan maxi preparation untuk jumlah yang lebih besar dari 200 µg.
Inti dari isolasi plasmid bakteri adalah menghancurkan membran sel sehingga semua organel sel dapat keluar. Sehingga didapatkan DNA kromosomal serta DNA ekstrakromosmal (plasmid). Untuk memperoleh plasmid saja harus dilakukan pemurnian dari debris membran sel, organel sel dan pengotor lainnya. Metode yang digunakan untuk isolasi plasmid, yaitu boiling lysis, lysis with detergent, mechanical lysis, alkaline lysis, dan enzimatic digestion. Metode yang paling banyak digunakan dalam isolasi ini adalah metode alkaline lysis. Variasi bentuk DNA memiliki perbedaan sifat pada keadaan alkalis.
Penambahan kalium asetat akan menyebabkan renaturasi plasmid, mengendapnya single stranded DNA karena molekulnyayang besar dan tidak dapat larut dalam larutan dengan kadar garam tinggi, pembentukan KDS yang tidak larut sehingga SDS dapat dengan mudah terbuang. Yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah proses renaturasi pada DNA plasmid lebih cepat daripada renaturasi dari DNA kromosomal. Penambahan etanol absolut berguna untuk mengendapkan plasmid karena perbedaan polaritas, etanol yang ditambahkan harus dingin agar lebih banyak lagi DNA plasmid yang mengendap. Selanjutnya untuk menghilangkan pengotor yang masih ada ditambahkan etanol 70% sehingga sisa etanol yang tersisa dapat diuapkan dengan evaporasi.
Komponen penting dalam eksperimen kloning gen adalah vektor yang membawa gen masuk sel inang dan bertanggung jawab atas replikasinya. Untuk dapat bertindak sebagai vektor suatu molekul DNA harus mampu memasuki sel inang serta mengadakan replikasi untuk menghasilkan kopi dalam jumlah yang besar. Salah satu vektor penting yang sering digunakan dalam kloning gen adalah plasmid. Plasmid adalah molekul DNA sirkuler berukuran relatif kecil di luar kromosom yang terdapat di dalam sel prokariot, khususnya bakteri. Gen-gen yang terdapat di dalam plasmid pada umumnya tidak esensial bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup individu bakteri, tetapi sering kali menyandi sintesis protein untuk resistensi terhadap antibiotik.
Dalam rekayasa genetika plasmid sering digunakan sebagai vektor untuk membawa gen-gen tertentu yang diinginkan ke dalam suatu sel inang. Gen-gen tersebut selanjutnya akan mengekspresikan produk komersial tertentu seperti insulin, interferon, dan berbagai enzim. Ukuran plasmid berkisar antara 1 kb untuk yang terkecil dan lebih dari 250 kb untuk yang besar. Ukuran kurang dari 10 kb adalah yang terbaik untuk vektor kloning.
Setelah didapatkan ekstrak sel, langkah pertama dalam proses isolasi DNA adalah perusakan dan atau pembuangan dinding sel bakteri inang dapat dilakukan dengan cara mekanis seperti sonikasi, tekanan tinggi, beku leleh maupun dengan cara enzimatis seperti pemberian lisozim. Pada praktikum acara ini, perusakan dinding sel dilakukan dengan pemberian STE  sebanyak 1 ml kedalam pelet sel hasil sentrifugasi pertama.
Molekul supercoiled ini jauh lebih tahan terhadap denaturasi apabila dibandingkan dengan DNA kromosom dan dapat dipisahkan dengan dua cara yaitu: denaturasi dengan alkali, dan pemurnian berdasarkan kerapatan apung (bouyant density) atau dikenal dengan istilah equilibrium density gradient centrifugation atau sentrifugasi isopiknik.
Langkah berikutnya dalam isolasi DNA adalah lisis sel, dimana pada acara ini digunakan buffer P1 dan P2. Buffer P1 sebelumnya telah ditambah dengan enzim RNAse A dan deterjen Sodium Dodesil Sulfat (SDS) dan indikator LyseBlue. RNAse dan SDS adalah kombinasi untuk tujuan perusakan dinding dan lisis sel. Pada pH 12 -12,5 ikatan hidrogen dari DNA kromosom non supercoiled akan terdenaturasi, heliks ganda terurai dan kedua rantai polipeptida memisah.
Proses re-naturasi selanjutnya dilakukan dengan cara mengembalikan DNA pada kondisi asam yaitu dengan penambahan buffer N3  yang mengandung asam asetat. Pemberian asam akan menyebabkan DNA bakteri yang sebelumnya terdenaturasi, mengelompok dalam massa DNA linier yang kusut. Sentrifugasi selanjutnya pada kecepatan 13000 selama 10 menit akan mengendapkan massa DNA ini di dasar tabung sentrifugasi dan meninggalkan plasmid murni dalam supernatan.
Penambahan RNAse A (ribonuklease) dan SDS di buffer pertama (P1) menyebabkan sebagian besar protein dan RNA menjadi tidak larut dan dapat dihilangkan pada tahap sentrifugasi (ikut mengendap bersama massa DNA, dinding serta debris sel lainnya). Presipitasi menggunakan fenol atau pelarut organik seperti kloroform untuk menghilangkan sisa protein, tidak perlu dilakukan jika kita menggunakan metode denaturasi alkali.
Supernatan berisi plasmid murni kemudian dicuci dua kali menggunakan buffer PB isinya mengandung isopropanol dan buffer PE yang mengandung 96 – 100% ethanol. Dari Qiaprep spin column, supernatan plasmid kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifuse baru dan di elusi dua kali dengan buffer EB (Elution Buffer) dimana masing- masing melewati sentrifugasi pada 13000 rpm selama satu menit. Hasil elusi inilah DNA plasmid yang telah berhasil kita isolasi dari E.coli.













BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1.  DNA plasmid merupakan wadah untuk cloning gen serta mempunyai ukuran yang lebih kecil.
2.   Plasmid tersebar luas di antara organisme prokariot dengan ukuran yang bervariasi dari sekitar 1 kb hingga lebih dari 250 kb (1 kb = 1000 pb).
3.  DNA plasmid jauh lebih tahan terhadap denaturasi apabila dibandingkan dengan DNA kromosom
4.  Aplikasi kondisi denaturasi akan dapat memisahkan DNA plasmid dengan DNA kromosom.

5.2. Saran
1. Praktikan lebih teliti dalam mengamati perubahan-perubahan proses dalam plasmid     isolasi DNA.
2. Praktikan lebih berhati-hati dalam melakukan praktikum agar alat-alat praktikum tidak mudah rusak.
3. Praktikan harus menjaga kesterilan alat-alat praktikum dan menjaga kesterilan tubuh sehingga tidak terkontaminasi dengan mikroba.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA

Calladine, C. R., Horace R D., Ben F L., Andrew A T. 2004. UNDERSTANDING DNA. Academic Press. Amsterdam.
Chang W. 2009. Bioetika sebuah pengantar. Yogyakarta: Kanisius.
Lodish, H., Arnold B., S. Lawrence Z., Paul M., David B. James D. 2000. MOLECULAR CELL BIOLOGY. Wh Freeman Company
Rachdie. 2008. isolasi plasmid. http://rachdie.blogsome.Com /2006/11/02/teknik-dasar-analisa-biologi-molekuler-2/. Tanggal akses 17 Maret 2013.
Sambrook, Russell. 2006. The Condensed Protocols From Molecular Cloning: A Laboratory Manual. New York: Cold Spring Harbour Laboratory Press.

Widyastuti, U. 2006. Penuntun Praktikum Pelatihan Teknik  Pengklonan Gen. Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, IPB
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB 1
PENDAHULUAN
 
 
1.1  Latar belakang

Reaksi berantai polimerase atau lebih umum dikenal sebagai PCR (kependekan dari istilah bahasa Inggris polymerase chain reaction) merupakan suatu teknik atau metode perbanyakan (replikasi) DNA secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Dengan teknik ini, DNA dapat dihasilkan dalam jumlah besar dengan waktu relatif singkat sehingga memudahkan berbagai teknik lain yang menggunakan DNA. Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1983 dan ia memperoleh hadiah Nobel pada tahun 1994 berkat temuannya tersebut. Penerapan PCR banyak dilakukan di bidang biokimia dan biologi molekular karena relatif murah dan hanya memerlukan jumlah sampel yang kecil.
 Polymerase chain reaction ("reaksi [be]rantai polimerase", PCR) merupakan teknik yang sangat berguna dalam membuat salinan DNA. PCR memungkinkan sejumlah kecil sekuens DNA tertentu disalin (jutaan kali) untuk diperbanyak (sehingga dapat dianalisis), atau dimodifikasi secara tertentu. Sebagai contoh, PCR dapat digunakan untuk menambahkan situs enzim restriksi, atau untuk memutasikan (mengubah) basa tertentu pada DNA. PCR juga dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan sekuens DNA tertentu dalam sampel.
PCR memanfaatkan enzim DNA polimerase yang secara alami memang berperan dalam perbanyakan DNA pada proses replikasi. Namun demikian, tidak seperti pada organisme hidup, proses PCR hanya dapat menyalin fragmen pendek DNA, biasanya sampai dengan 10 kb (kb=kilo base pairs=1.000 pasang basa). Fragmen tersebut dapat berupa suatu gen tunggal, atau hanya bagian dari suatu gen.
Proses PCR untuk memperbanyak DNA melibatkan serangkaian siklus temperatur yang berulang dan masing-masing siklus terdiri atas tiga tahapan. Tahapan yang pertama adalah denaturasi cetakan DNA (DNA template) pada temperatur 94-96 °C, yaitu pemisahan utas ganda DNA menjadi dua utas tunggal. Sesudah itu, dilakukan penurunan temperatur pada tahap kedua sampai 45-60 °C yang memungkinkan terjadinya penempelan (annealing) atau hibridisasi antara oligonukleotida primer dengan utas tunggal cetakan DNA. Primer merupakan oligonukelotida utas tunggal yang sekuens-nya dirancang komplementer dengan ujung fragmen DNA yang ingin disalin; primer menentukan awal dan akhir daerah yang hendak disalin. Tahap yang terakhir adalah tahap ekstensi atau elongasi (elongation), yaitu pemanjangan primer menjadi suatu utas DNA baru oleh enzim DNA polimerase. Temperatur pada tahap ini bergantung pada jenis DNA polimerase yang digunakan. Pada akhirnya, satu siklus PCR akan menggandakan jumlah molekul cetakan DNA atau DNA target, sebab setiap utas baru yang disintesis akan berperan sebagai cetakan pada siklus selanjutnya.


1.2  Tujuan dan Manfaat Praktikum



1.2.1 Tujuan Praktikum


       Adapun tujuan dari praktikum yaitu :


•    Untuk mengetahui takhnik dan cara melakukan PCR

•    Untuk memperbanyak DNA yang diinginkan secara in vitro atau di luar sel.

•    Digunakan dalam penelitian biologi seperti mengamati penyakit keturunan, identifikasi sidik jari, kloning DNA dan untuk mengamati kekerabatan antar spesies secara molekuler



1.2.2    Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum yaitu :

•    Mahasiswa dapat mengetahui apa itu PCR. Baik dalam pembuatan gel,mengetahui alat-alat dan metode yang digunakan dalam PCR, maupun dalm mengetahui proses dalam  melakukan PCR.
 
1.3 Waktu Dan Tanggal Praktikum
Waktu Praktikum    : 09:00 PM
Tanggal Praktikum  : 11/12/2013
Tempat Praktikum   : Laboraturium Mikrobiologi Dan Bioteknologi Fakultas Peternakan Unuversitas Mataram
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Elektroforesis  merupakan  proses  bergeraknya  molekul  bermuatan  pada suatu  medan  listrik.  Kecepatan  molekul  yang  bergerak  pada  medan  listrik tergantung  pada  muatan,  bentuk  dan  ukuran.  Dengan  demikian  elektroforesis dapat digunakan untuk separasi makromolekul (seperti protein dan asam nukleat).Posisi molekul yang  terseparasi pada gel dapat dideteksi dengan pewarnaan atau autoradiografi,  ataupun  dilakukan  kuantifikasi  dengan  densitometer.Elektroforesis untuk  makromolekul  memerlukan  matriks  penyangga  untuk mencegah  terjadinya difusi  karena  timbulnya  panas  dari  arus  listrik  yang digunakan.Elektroforesis  biasanya  memerlukan  media  penyangga  sebagai  tempat bemigrasinya  molekul-mulekul  biologi.  Media  penyangganya  bermacam-macam tergantung pada tujuan dan bahan yang akan dianalisa. Media penyangga yang sering dipakai  dalam  elektroforesis  antara  lain  yaitu  kertas,  selulose,  asetat  dan  gel.  Gel poliakrilamid  dan  agarosa  merupakan  matriks  penyangga  yang  banyak  dipakai untuk separasi protein dan asam nukleat.  Beberapa faktor mempengaruhi kecepatan migrasi dari molekul protein yakni:  (Soedarmadji, 1996)
1.  Ukuran molekul protein
     Migrasi  molekul  protein  berukuran  besar  lebih  lambat  daripada  migrasi molekul berukuran kecil.
     2.  Konsentrasi gel
     Migrasi  molekul   protein  pada gel    berkosentrasi   rendah    lebih    cepat  daripada  migrasi molekul   protein yang sama pada gel berkosentrasi tinggi.
     3.  Bufer (penyangga) dapat berperan sebagai penstabil medium pendukung dan dapat mempengaruhi kecepatan gerak senyawa karena  ion sebagai pembawa protein yang bermuatan. Kekuatan ion yang tinggi dalam bufer akan meningkatkan panas sehingga aliran  listrik  menjadi  maksimal.  Hal  ini  dapat  mempercepat  gerakan molekul protein. Kekuatan ion rendah dalam bufer akan menurunkan panas sehingga aliran listrik akan sangat minimal dan migrasi molekul protein sangat lambat.
     4.  Medium penyangga  
     Medium  pendukung  ideal untuk  elektroforesis adalah bahan kimia inert yang bersifat  relatif stabil, mudah  ditangani  dan  mempunyai  daya  serap  yang  baik, sebagai  migrasi  elektron  atau  penyaringan  berdasarkan  ukuran  molekulseperti gel poliakrilamid (Pratiwi, 2001).
5.  Kekuatan voltase
1. Jika  ukuran  pori  dari  medium  kira-kira  sama  dengan  molekul,  maka molekul  yang  lebih  kecil  akan  berpindah  lebih  bebas  di  dalam  medan listrik,  sedangkan  molekul  yang  lebih  besar  akan  dibatasi  dalam migrasinya.  Besarnya  pori-pori  dapat  diatur  dengan  mengubah konsentrasi  penyusun  gel  poliakrilamidnya  yaitu  akrilamid  dan bisakrilamid
2.  Voltase  yang  dipakai  rendah  (100-500)  V,  kecepatan  migrasi  molekul sebanding dengan tingginya voltase yang digunakan.
3.  Voltase yang dipakai tinggi (500-10000) V, mobolitas molekul meningkat secara lebih tajam dan digunakan untuk memisahkan senyawa dengan BM rendah  serta  jenis  arus  yang  dipakai  selalu  harus  searah  (bukan  bolak balik).
     6.  Temperatur medium disaat proses elektroforesis berlangsung. Jika temperatur tinggi  akan mempercepat  proses  bermigrasinya  protein  dan  sebaliknya  jika temperatur rendah akan mengurangi kekuatan bermigrasinya protein.Pada saat elektroforesis berlangsung, protein akan bergerak dari elektroda negatif menuju elektroda positif sampai pada jarak tertentu pada gel poliakrilamid tergantung pada berat molekulnya. Semakin  rendah berat molekulnya maka  semakin  jauh pula protein bergerak  atau mobilitasnya  tinggi. Sebaliknya protein dengan berat molekul lebih  besar  akan  bergerak  pada  jarak  yang  lebih  pendek  atau mobilitasnya  rendah (Sumitro, 1996).

Hasil  elektroforesis  akan  didapatkan  pita-pita  protein  yang  terpisahkan berdasarkan  berat molekulnya.  Tebal  tipisnya  pita  yang  terbentuk  dari  pita  protein menunjukkan  kandungan  atau  banyaknya  protein  yang  mempunyai  berat  molekul yang  sama  yang  berada  pada posisi  pita  yang  sama. Hal  ini  sejalan  dengan  prinsippergerakan molekul  bermuatan,  yakni molekul  bermuatan  dapat  bergerak  bebas  di bawah pengaruh medan  listrik, molekul dengan muatan dan ukuran yang sama akan terakumulasi pada zona atau pita yang sama atau berdekatan (Soedarmadji, 1996).
 
 
 
 
 
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1 Materi Praktikum

    3.1.1 Alat dan Bahan Praktikum.

            Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum yaitu :
1.                   Mesin PCR
2.                  Elektroforesis
3.                  Transiluminator sinar UV
4.                  Mikro pipet
5.                  Tabung ependorf
6.                  Gloves (sarung tangan)


3.1.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan - bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu :
1.                      Air steril                     : 6,7 µl
2.                  10 x buffer TAQ            : 10 µl
3.                  2,5 Mm dNTP mix        : 10 µl
4.                  10 µM primer foward    : 10 µl
5.                  10 µM primer reverse    : 10 µl
6.                  Template                       : 10 µl
7.                  Enzim                            : 5 µl 


3.2 Metode Praktikum

Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1.   Mengambil air steril sebanyak  6,7  µl dan dimasukkan dalam tabung PCR
2.   Menambahkan 10 x buffre TAQ dan dimasukkan dalam tabung  PCR
3.   Menambahkan 2,5 mM dNTP mix sebanyak 0,4 µl 
4.   Menambahkan 10 µM primer forward sebanyak 0,4 µl
5.   Menambahkan 10  µM primer reverse sebanyak 0,4 µl
6.   Menambahkan template 1 µl
7.   Menambahkan enzim polimerase sebanyak 0,1 µl
8.   Setelah itu di mix supaya homogen dan dimasukkan dalam mesin PCR  yang    sebelumnya sudah diatur programnya.
9.   Hasil PCR tadi dimasukkan dalam elektroforesis
10.  Menambahkan  looding late supaya kelihatan, dan dimasukkan pada masing-masing lubang gel 1 – 4, tunggu selama 10 menitKemudian diamati di transimlator sinar UV.

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum :

     Hasil praktikum yang didapatkan dari PCR lubang gel 1-4 terdapat 2 lubang yaitu positif dan negatif. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK3oOrVvL7z758ZiMH1DNUPka2n4cRpqZuqxXNfkvKN5F31tnkEYK3qxbLeGaiNgKAiTrywYGnhGDE-C6lUJkvdKedI6yTXVfMUmtozAdu13HMrxHhyHXrfz8WIym-RfKn-XeqgxCtu18/s320/hasil-digesti-dna-plasmid.png
Gambar 1. Hasil digesti DNA plasmid mengunakan beberapa enzim restriksi

4.2 Pembahasan

Reaksi PCR mulai menghasilkan salinan urutan target secara eksponensial. Hanya selama fase eksponensial dari reaksi PCR adalah mungkin untuk ekstrapolasi kembali untuk menentukan kuantitas awal dari urutan target yang terkandung dalam sampel. Karena inhibitor dari reaksi polimerase ditemukan dalam sampel, keterbatasan reagen, akumulasi molekul pirofosfat, dan self-anil dari produk mengumpulkan, reaksi PCR akhirnya berhenti untuk memperkuat urutan target pada tingkat eksponensial dan "dataran tinggi efek" terjadi, membuat titik akhir kuantifikasi produk PCR dapat diandalkan. Ini adalah atribut yang membuat PCR Real-Time RT-PCR kuantitatif sangat diperlukan.
DNA template - sampel DNA yang berisi urutan target. Pada awal reaksi, suhu tinggi diterapkan untuk molekul DNA beruntai ganda yang asli untuk memisahkan alur dari satu sama lain.

            DNA polimerase - jenis enzim yang mensintesis untai DNA komplementer baru ke urutan target. Yang pertama dan paling umum digunakan adalah enzim-enzim Taq DNA polimerase (dari aquaticus Thermis), sedangkan PFU DNA polimerase (dari Pyrococcus furiosus) digunakan secara luas karena kesetiaan yang lebih tinggi saat menyalin DNA. Meskipun enzim ini agak berbeda, mereka berdua memiliki dua kemampuan yang membuat mereka cocok untuk PCR: Mereka dapat menghasilkan untai DNA baru menggunakan template DNA dan primer,Mereka tahan terhadap panas Primer - potongan pendek DNA beruntai tunggal yang melengkapi urutan target. Polimerase dimulai sintesis DNA baru dari ujung primer.
          Nukleotida (dNTP atau trifosfat deoksinukleotida) - unit tunggal dari basa A, T, G, dan C, yang pada dasarnya "blok bangunan" untuk untai DNA baru.  RT-PCR (PCR Transkripsi Reverse) yang didahului dengan konversi PCR RNA sampel ke cDNA dengan enzim reverse transcriptase.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak berhasilnya PCR, antara lain sebagai berikut :
1.                       Pada saat pengambila gel salah
2.                       Pengambilan frimer ataupun reverse tertukar
3.                       Enzim


















BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan 
Elektroforesis  merupakan  proses  bergeraknya  molekul  bermuatan  pada suatu  medan  listrik.  Kecepatan  molekul  yang  bergerak  pada  medan  listrik tergantung  pada  muatan,  bentuk  dan  ukuran.  Dengan  demikian  elektroforesis dapat digunakan untuk separasi makromolekul (seperti protein dan asam nukleat). Posisi molekul yang  terseparasi pada gel dapat dideteksi dengan pewarnaan atau autoradiografi,  ataupun  dilakukan  kuantifikasi  dengan  densitometer.
Elektroforesis  untuk  makromolekul  memerlukan  matriks  penyangga  untuk mencegah  terjadinya  difusi  karena  timbulnya  panas  dari  arus  listrik  yang digunakan.  Gel  poliakrilamid  dan  agarosa  merupakan  matriks  penyangga  yang banyak  dipakai  untuk  separasi  protein  dan  asam  nukleat.  Elektroforesis  yang dibahas di bawah  ini menggunakan matriks berupa gel poliakrilamida  (PAGE = polyacrilamida  gel  electrophoresis)  untuk  separasi  sampel  protein.  Banyak molekul  biologi  bermuatan  listrik  yang  besarnya  tergantung  pada  pH  dan komposisi medium  dimana molekul  biologi  tersebut  terlarut. Bila  berada  dalam suatu  medan  listrik,  molekul  biologi  yang  bermuatan  positif  akan  bermigrasi keelektroda  negatif  dan  sebaliknya.  Prinsip  inilah  yang  dipakai  dalam  elektroforesis untuk memisahkan molekulmolekul berdasarkan muatannya. 
          Cara kerja menggunakan metode elktroforesis adalah:
1) Ektraksi enzim
2) Pembuatan gel
3) Penempatan sampel
4) Proses Elektroforesis
5) Visualisasi sistem enzim
6) Metode Analisis. 

5.2  Saran 
Saran pada praaktikum kali ini adalah sebaiknya praktikum dilakukan oleh praktikan  sendiri  dan  dilkukan  proses  elektroforesis  yang  sebenarnya  supaya praktikan lebih mengetahi cara menggunakan metode elektroforesis

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, R. 2001. Mengenal Metode Elektroforesis. Oseana. Volume XXVI. Nomor 1.
                  Balitbang Biologi Laut, Puslitbang Osenologi LIPI, Jakarta

Sudarmadji,  S.,  1996.  Teknik  Analisa  Biokimiawi.  Edisi  Pertama.Liberty.
                 Yogyakarta.

Sumitro,  S.  B,  Fatchiyah,  Rahayu,  Widyarti,  dan  Arumningtyas.  1996.  Kursus
     Teknik-Teknik  Dasar  Analisis  Protein  dan  DNA.  Jurusan  Biologi  FMIPA
                 Universitas Brawijaya. Malang























LAMPIRAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar belakang
Plasmid  adalah molekul DNA  sirkuler  berukuran  relatif  kecil  di  luar  kromosom  yang  terdapat  di  dalam  sel  prokariot, khususnya  bakteri  dan  sel  eukariotik  tingkat  rendah . DNA plasmid berukuran lebih kecil dari DNA kromosom dan dapat bereplikasi sendiri. Plasmid biasanya digunakan dalam  teknologi DNA  rekombinan menggunakan E. coli  sebagai host, sehingga dalam rekayasa genetika plasmid sering digunakan sebagai vektor untuk membawa gen-gen  tertentu  yang  diinginkan  ke  dalam  suatu  sel  inang. Gen-gen  tersebut  selanjutnya akan mengekspresikan  produk  komersial  tertentu  seperti  insulin,  interferon,  dan  berbagai enzim (Stanfield 1996). Penggunaan plasmid dalam DNA rekombinan dilakukan karena plasmid memiliki tiga region yang berperan penting untuk DNA kloning, yaitu,  replication origin, marker yang memungkinkan  adanya  seleksi  (biasanya  gen  resisten  antibiotik)  dan  region  yang mampu disisipi oleh fragmen DNA dari luar (Lodish et al).
Elektroforesis  DNA  merupakan  teknik  untuk  memisahkan  sampel  DNA  berdasarkan   ukuran  (berat  molekul)  dan  struktur  fisik  molekulnya. Posisi molekul yang terpisah pada gel dapat dideteksi dengan pewarnaan atau autoradiografi, ataupun dilakukan kuantifikasi dengan densitometer. Elektroforesis untuk makromolekul memerlukan matriks penyangga untuk mencegah terjadinya difusi karena timbulnya panas dari arus listrik yang digunakan. Gel poliakrilamid dan agarosa merupakan matriks penyangga yang banyak dipakai untuk pemisahan protein dan asam nukleat (DNA). Bila berada dalam suatu medan listrik, molekul biologi yang bermuatan positif akan bermigrasi ke elektroda negatif dan sebaliknya. Prinsip inilah yang dipakai dalam elektroforesis untuk memisahkan molekulmolekul berdasarkan muatannya. Molekul DNA bermuatan negatif sehingga di dalam medan listrik akan bermigrasi melalui matriks gel menuju kutub positif . Makin besar ukuran molekulnya, makin rendah  laju  migrasinya.  Berat  molekul  suatu  fragmen  DNA  dapat  diperkirakan  dengan membandingkan laju migrasinya dengan laju migrasi fragmen-fragmen molekul DNA standar (DNA marker)  yang  telah  diketahui  ukurannya.
Isolasi plasmid bisa dilakukan dengan menggunakan metode minipreparasi alkali lisis. Metode ini menggunakan dasar bahwa plasmid mempunyai ukuran yang kecil dan bentuknya melingkar kuat, sedangkan kromosom ukuranya lebih besar dan bentuknya kurang melingkar kuat. Dari hal ini memungkinkan pemilihan secara selektif dengan menggunakan presipitasi (Jmu, 2008). Plasmid penting untuk diisolasi, hal ini untuk karakteristik beberapa bakteri, oleh karena itu, penting sekali dilakukan praktikum tentang Mini-Preparasi DNA Plasmid.
1.2. Tujuan
Mengetahui dan Mengisolasi plasmid untuk vektor kloning. Mengetahui dan dapat menghitung konsentrasi DNA/ RNAdengan spektrofotometri; dapat menganalisa kualitas DNA/RNA, dan mengetahui cara mendeteksi DNA dengan gel.
1.3. Waktu Dan Tanggal Praktikum
Waktu Praktikum    : 09:00 PM- Selesai
Tanggal Praktikum  : 11/12/2013
Tempat Praktikum   : Laboraturium Mikrobiologi Dan Bioteknologi Fakultas Peternakan Unuversitas Mataram



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Rekayasa genetika merupakan salah satu ilmu terapan dalam merekayasa materi genetik untuk kepentingan manusia. Obyek rekayasa genetika mencakup hampir semua golongan organisme, mulai dari bakteri, fungi, hewan tingkat rendah, hewan tingkat tinggi, hingga tumbuh-tumbuhan. Rekayasa genetika sudah digunakan dalam berbagai bidang kehidupan yaitu bidang kedokteran dan farmasi, ilmu pangan, kedokteran hewan, pertanian (termasuk peternakan dan perikanan), serta teknik lingkungan juga telah melibatkan ilmu ini untuk mengembangkan bidang masing-masing. Rekayasa genetika sendiri merupakan teknikn untuk memodifikasi DNA (sebagai substansi kimiawi dalam kromosom yang bertanggung jawab atas pewarisan sifat) untuk menghasilkan produk-produk baru yang memiliki kombinas sifat yang diinginkan (Chang 2009).
Plasmida adalah unsur genetik di luar kromosom (ekstrakromosoma) yang mengadakan replikasi secara autonom di dalam sel bakteri. DNA-nya berbentuk lingkaran dan beruntai ganda. Dan plasmida itu mendukung gen yang diperlukan baik untuk replikasi plasmida maupun untuk fungsi lain. Umumnya wahana plasmida mempunya densitas apungan berlainan daripada DNA inang dan dengan mudah dapat dimurnikan. Beberapa plasmida memiliki beberapa kemampuan untuk berintegrasi ke dalam kromosom inang, dan plasmida ini disebut episom (Widyastuti, 2006).
Keberadaan plasmid merupakan hal terpenting dalam teknik DNA rekombinan. Keberhasilan suatu teknik DNA rekombinan tergantung dari hasil mengisolasi dan memurnikan DNA plasmid dari bakteri atau yeast. Pemurnian DNA plasmid dilakukan untuk menghilangkan berbagai pengotor-pengotor yang berasal dari bagian sel yaitu dinding sel dan beberapa protein (Sambrook & Russell 2006).
Plasmid adalah DNA untai ganda yang berbentuk sirkuler yang berada diluar DNA kromosomal bakteria. DNA ekstrakromosomal yang etrjadi secara alamiah pada bakteria, yeast, dan beberapa sel eukaryotik yang berada secara simbiotik maupun parasitik pada sel inang. Ukuran plasmid DNA lebih dari 100 kb. Sebagaimana sel inang yang menggandakan DNA kromosomal, sebelum membelah plasmid juga melakukannya (Lodish, dkk, 2004).
Dalam dunia rekombinasi, plasmid yang sering digunakan adalah plasmid dari bakteri E. coli, hal dikarenakan plasmid pada bakteri ini adalah plasmid yang mempunyai ukuran yang cukup panjang, sehingga ketika direduksi, maka plasmid ini akan menghasilkan ukuran sekitar 3 bp panjangnya (Lodish, 2000). Isolasi plasmid bisa menggunakan metode minipreparation, dimana metode ini digunakan untuk menekstrak DNA plasmid dari suspensi sel bakteri dan didasarkan pada prosedur alkalin lysis yang telah dikembangkan oleh Birnboim and Doly (dalam penelitianya tentang asam nukleat 7:1513, 1979) (Rachdie. 2008).
Dua tipe utama prosedur yang digunakan untuk memurnikan DNA adalah sentrifugasi dan ekstraksi secara kimiawi. Prinsip-prinsip dari sentrifugasi adalah dengan memisahkan molekul berdasarkan ukuran dan berat molekul. Sampel yang disentrifugasi dengan kecepatan tinggi dan gaya sentrifugal menyebabkan komponen yang lebih besar dan lebih berat akan terendap di dasar tabung yang biasa disebut dengan pelet, sedangkan molekul yang ukuran dan beratnya lebih kecil akan berada pada lapisan yang atas yang biasa disebut dengan supernatan. Sebagai contoh, pemecahan sel bakteria dengan menggunakan lysozim dan detergen akan menghasilkan larutan yang mengandung fragmen-fragmen dinding sel yang lebih kecil dan fragmen DNA yang merupakan molekul raksasa. Apabila larutan tersebut disentrifugasi maka DNA dan beberapa komponen besar lainnya akan mengendap di dasar tabung sentrifus. sedangakan fragmen dinding sel bersama dengan berbagai komponen larut lainnya bercampur pada supernatan (Calladine,. 2004)
BAB III
MATERI DAN METODE

3.1.       Materi Praktikum
3.1.1 Alat-alat praktikum
               Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
1.    Mikropipet
2.    Tabung efendorf
3.    Vortex
4.    Sentrifugasi (sentrifus)
5.    Tip
6.    Gloves

3.1.2 Bahan-bahan praktikum
               Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu :
Larutan 1
Lartan II
Larutan III
50 Mm glucose
0.2 NaOH (harus fresh)
5 M potassium acetate 60 ml
25 mM Tris-Cl (pH 8.0)
1% SDS
Acetic acid glacial 11.5 ml
10 mM EDTA (pH 8.0)

H2O 28.5 ml

               Bahan-bahan lain :
1.    Etanol 10 %
2.    Etanol 70 %
3.    Phenolchloroform

3.2.       Metode Praktikum
Adapun metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah sebagai berikut :

Ø  Resusupensikan pellet dengan 100 µl larutan I dingin. mencampur dengan merata dengan menggunakan vortex,diulang selama 3x.
Ø  Menambahkan 200µl larutan II.mecampur dengan merata dengan cara membolak balik tabung dengan cepat beberapa kali (jangan menggunakan vortez!)
Ø  Menambahkan 150µl larutan III dingin.Vortex selama beberapa detik sehingga larutan kelihatan tercampur kemudian balikkan posisi tabung (inverted) selamam 10 detik. Kembalikan tabung keposisi semula dan simpan dalam kotak pendingin selama 3-5 menit.
Ø  Paratikan melakukan sentrifugasi (12,000 rpm) selama 5 menit pada suhu 4ºc ,setelah sentrifugasi ,ambil supernatant dan pindahkan ke tabung lain.
Ø  Menambahkan phenol:chloroform dengan perbandingan volume 1:1 dengan jumlah supernatant yang diperoleh ,misalkan volume supernatant yang diperoleh adalah 300 µl.
Ø  Mencampur dengan merata dengan menggunakan vortex kemudian lakukan sentrifugasi (12,000 rpm) selama 2 menit pada suhu 4ºc.
Ø  Setelah sentrifugasi, praktikan mengambil supernatant dan pindahkan ke dalam tabung lain.
Ø  Menambahkan etanol (2x volume supernatant ) untuk memperesipitasikan DNA.Campur dengan vortex, kemudian biarkan pada suhu kamar selama 2 menit.
Ø  Melakukan sentrifugasi 12,000 rpm selama 5 menit pada suhu 4ºc.
Ø  Membuang supernatant perlahan lahan ,balikkan tabung dan biarkan kering udara selama beberapa menit.
Ø  Membilas DNA pellet dengan ethanol 70% (dingin) kemudian sentrifugasi seperti cara no 9.
Ø  Membuang supernatant, balikkan tabung dan biarkan kering udara selama 10 menit.
Ø  Resuspensi DNA dengan 25 µl buffer TE(Ph 8.0)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1  Hasil Praktikum
Adapun hasil dari Isolasi DNA Plasmid kali ini adalah :
Dapat diketahui bahwa dalam proses mengisolasi plasmid dari suatu bakteri, ada tiga tahappenting yang perlu dilakukan yaitu : 
1. Lisis membran sel bakteri 
2. Ektraksi DNA
3. Pengendapan DNA.
Proses lisis diawali dengan adanya pemberian SDS + NaOH dimana SDS (sodium dodesil sulphate)  merupakan  deterjen  yang  berperan  untuk  melisis  dinding atau membransel yang terdiri dari lipid (fosfolipid) dan  NaOH  sebagai  larutan basa berfungsi untuk denaturasi  protein  atau  DNA  (DNA  doublestrain  menjadi  single  strain).  Terjadinya proses lisis  ditandai  dengan  terbentuknya lendir. Kemudian larutan disentrifugasi untuk diambil supernatannya  berupa  lautan suspensi.
Photo0442.jpg


         Suprnatan

           Pelet

Gambar 1. Ekstraksi DNA

Pada larutan suspensi sebelum diekstraksi, terdapat senyawa  DNA  plasmid, RNA, Protein, Senyawa Organik dan  Komponen Lipid. Ekstraksi dilakukan dengan adanya penambahan PCI (Phenol-Chloroform-Isoamyl  Alcohol)  dengan  tujuan untuk memisahkan antara  DNA  dan  komponen lainnya dimana Phenol-Chloroform berfungsi sebagai pelarut dari  senyawa  organik  dan  komponen  lipid. Dengan dilakukannya ekstraksi  menggunakan  PCI   maka  setelah  disentrifugasi  terbentuklah  3  fase  dimana  terdiridari fase air yang ada di  paling  atas  tempat  DNA  plasmid  berada,  protein yang terkoagulasi di fase yang ada di tengah dan fase Phenol-Chloroform yang  ada  di  paling bawah karena sifat chloroform yang berat jenisnya besar.
Photo0450.jpg 







Gambar 2. Pemurnian DNA dengan etanol
        
 Fase air yang di ambil kemudian di endapkan menggunakan sodium acetat untuk menciptakan kondisi netral dan alcohol untuk mengikat air yang sebelumnya terikat pada DNA sehingga DNA mengendap dengan sentrifugasi.
Pelet yang di dapat kemudian di murnikan dengan menambah etanol 170% yang kemudian di sentrifugasi  untuk di dapatkan pelet. Pada tahap ini tidak perlu dilakukan resuspensi karena apabil dilakukan resuspensi DNA  akan  sulit mengendap karena pH nya tidak netrallagi.  Penambahan RNase dapat   diberikan untuk menghilangkan sisa-sisa fragmen RNA setelah dilakukan pemurnian dan proses vakum dengan bantuan larutan buffer TE ataupun dH2O.
 
4.2. Pembahasan
Plasmid adalah molekul DNA sirkuler berukuran relatif kecil di luar kromosom yang terdapat di dalam sel prokariot, khususnya bakteri. Plasmid tersebar luas di antara organisme prokariot dengan ukuran yang bervariasi dari sekitar 1 kb hingga lebih dari 250 kb (1 kb = 1000 pb). Agar dapat digunakan sebagai vektor kloning, plasmid harus memenuhi syarat-syarat berikut ini:
1.    Mempunyai ukuran relatif kecil bila dibandingkan dengan pori dinding sel inang sehingga dapat dengan mudah melintasinya,
2.    Mempunyai sekurang-kurangnya dua gen marker yang dapat menandai masuk tidaknya plasmid ke dalam sel inang,
3.    Mempunyai tempat pengenalan restriksi sekurang-kurangnya di dalam salah satu marker yang dapat digunakan sebagai tempat penyisipan fragmen dna, dan
4.    Mempunyai titik awal replikasi (ori) sehingga dapat melakukan replikasi di dalam sel inang.

Pada dasarnya upaya untuk mendapatkan suatu produk yang diinginkan melalui teknologi DNA rekombinan melibatkan beberapa tahapan tertentu. Tahapan-tahapan tersebut adalah isolasi DNA genomik/kromosom yang akan diklon, pemotongan molekul DNA menjadi sejumlah fragmen dengan berbagai ukuran, isolasi DNA vektor, penyisipan fragmen DNA ke dalam vektor untuk menghasilkan molekul DNA rekombinan, transformasi sel inang menggunakan molekul DNA rekombinan, reisolasi molekul DNA rekombinan dari sel inang, dan analisis DNA rekombinan.
Isolasi DNA diawali dengan perusakan dan atau pembuangan dinding sel, yang dapat dilakukan baik dengan cara mekanis seperti sonikasi, tekanan tinggi, beku-leleh maupun dengan cara enzimatis seperti pemberian lisozim. Langkah berikutnya adalah lisis sel. Bahan-bahan sel yang relatif lunak dapat dengan mudah diresuspensi di dalam medium bufer nonosmotik, sedangkan bahan-bahan yang lebih kasar perlu diperlakukan dengan deterjen yang kuat seperti triton X-100 atau dengan sodium dodesil sulfat. DNA yang telah dibersihkan dari protein dan remukan sel masih tercampur dengan RNA sehingga perlu ditambahkan RNAse untuk membersihkan DNA dari RNA. Molekul DNA yang telah diisolasi tersebut kemudian dimurnikan dengan penambahan amonium asetat dan alkohol atau dengan sentrifugasi kerapatan menggunakan CsCl.
Teknik isolasi DNA tersebut dapat diaplikasikan, baik untuk DNA genomik maupun DNA vektor, khususnya plasmid. Untuk memilih di antara kedua macam molekul DNA ini yang akan diisolasi dapat digunakan dua pendekatan. Pertama, plasmid pada umumnya berada dalam struktur tersier yang sangat kuat atau dikatakan mempunyai bentuk covalently closed circular (CCC), sedangkan DNA kromosom jauh lebih longgar ikatan kedua untainya dan mempunyai nisbah aksial yang sangat tinggi. Perbedaan tersebut menyebabkan DNA plasmid jauh lebih tahan terhadap denaturasi apabila dibandingkan dengan DNA kromosom. Oleh karena itu, aplikasi kondisi denaturasi akan dapat memisahkan DNA plasmid dengan DNA kromosom.
Pendekatan kedua didasarkan atas perbedaan daya serap etidium bromid, zat pewarna DNA yang menyisip atau melakukan interkalasi di sela-sela basa molekul DNA. DNA plasmid akan menyerap etidium bromid jauh lebih sedikit daripada jumlah yang diserap oleh DNA kromosom per satuan panjangnya. Dengan demikian, perlakuan menggunakan etidium bromid akan menjadikan kerapatan DNA kromosom lebih tinggi daripada kerapatan DNA plasmid sehingga keduanya dapat dipisahkan melalui sentrifugasi kerapatan.
DNA plasmid merupakan wadah yang digunakan untuk kloning gen, sehingga DNA plasmid harus di pisahkan dari DNA kromosom. DNA plasmid mempunyai ukuran yang jauh lebih kecil daripada DNA kromosom. Untuk memisahkan DNA plasmid, maka memerlukan perlakuan yang sedikit berbeda dengan prosedur di atas. Pertama, membran sel dilisis dengan penambahan detergen. Proses ini membebaskan DNA kromosom, DNA plasmid, RNA, protein dan komponen lain. DNA kromosom dan protein diendapkan dengan penambahan potasium. DNA + protein + potasium yang mengendap dipisahkan dengan cara sentrifugasi. Supernatan yang mengandung DNA plasmid, RNA dan protein yang tersisa dipisahkan. Kemudian ditambahkan RNase dan protese untuk mendegradasi RNA dan protein. Akhirnya DNA plasmid dapat dipresipitasi menggunakan etanol.
Gen-gen yang terdapat di dalam plasmid pada umumnya tidak esensial bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup individu bakteri, tetapi sering kali menyandi sintesis protein untuk resistensi terhadap antibiotik. Dalam rekayasa genetika plasmid sering digunakan sebagai vektor untuk membawa gen-gen tertentu yang diinginkan ke dalam suatu sel inang. Gen-gen tersebut selanjutnya akan mengekspresikan produk komersial tertentu seperti insulin, interferon, dan berbagai enzim.
Plasmid yang diisolasi berasal dari bakteri. Proses ini dikenal sebagai proses mini preparation karena jumlahnya hanya sekitar 1-20µg. Sedangkan untuk jumlah yang lebih besar (100-200µg) dinamakan midi preparation dan maxi preparation untuk jumlah yang lebih besar dari 200 µg.
Inti dari isolasi plasmid bakteri adalah menghancurkan membran sel sehingga semua organel sel dapat keluar. Sehingga didapatkan DNA kromosomal serta DNA ekstrakromosmal (plasmid). Untuk memperoleh plasmid saja harus dilakukan pemurnian dari debris membran sel, organel sel dan pengotor lainnya. Metode yang digunakan untuk isolasi plasmid, yaitu boiling lysis, lysis with detergent, mechanical lysis, alkaline lysis, dan enzimatic digestion. Metode yang paling banyak digunakan dalam isolasi ini adalah metode alkaline lysis. Variasi bentuk DNA memiliki perbedaan sifat pada keadaan alkalis.
Penambahan kalium asetat akan menyebabkan renaturasi plasmid, mengendapnya single stranded DNA karena molekulnyayang besar dan tidak dapat larut dalam larutan dengan kadar garam tinggi, pembentukan KDS yang tidak larut sehingga SDS dapat dengan mudah terbuang. Yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah proses renaturasi pada DNA plasmid lebih cepat daripada renaturasi dari DNA kromosomal. Penambahan etanol absolut berguna untuk mengendapkan plasmid karena perbedaan polaritas, etanol yang ditambahkan harus dingin agar lebih banyak lagi DNA plasmid yang mengendap. Selanjutnya untuk menghilangkan pengotor yang masih ada ditambahkan etanol 70% sehingga sisa etanol yang tersisa dapat diuapkan dengan evaporasi.
Komponen penting dalam eksperimen kloning gen adalah vektor yang membawa gen masuk sel inang dan bertanggung jawab atas replikasinya. Untuk dapat bertindak sebagai vektor suatu molekul DNA harus mampu memasuki sel inang serta mengadakan replikasi untuk menghasilkan kopi dalam jumlah yang besar. Salah satu vektor penting yang sering digunakan dalam kloning gen adalah plasmid. Plasmid adalah molekul DNA sirkuler berukuran relatif kecil di luar kromosom yang terdapat di dalam sel prokariot, khususnya bakteri. Gen-gen yang terdapat di dalam plasmid pada umumnya tidak esensial bagi pertumbuhan dan kelangsungan hidup individu bakteri, tetapi sering kali menyandi sintesis protein untuk resistensi terhadap antibiotik.
Dalam rekayasa genetika plasmid sering digunakan sebagai vektor untuk membawa gen-gen tertentu yang diinginkan ke dalam suatu sel inang. Gen-gen tersebut selanjutnya akan mengekspresikan produk komersial tertentu seperti insulin, interferon, dan berbagai enzim. Ukuran plasmid berkisar antara 1 kb untuk yang terkecil dan lebih dari 250 kb untuk yang besar. Ukuran kurang dari 10 kb adalah yang terbaik untuk vektor kloning.
Setelah didapatkan ekstrak sel, langkah pertama dalam proses isolasi DNA adalah perusakan dan atau pembuangan dinding sel bakteri inang dapat dilakukan dengan cara mekanis seperti sonikasi, tekanan tinggi, beku leleh maupun dengan cara enzimatis seperti pemberian lisozim. Pada praktikum acara ini, perusakan dinding sel dilakukan dengan pemberian STE  sebanyak 1 ml kedalam pelet sel hasil sentrifugasi pertama.
Molekul supercoiled ini jauh lebih tahan terhadap denaturasi apabila dibandingkan dengan DNA kromosom dan dapat dipisahkan dengan dua cara yaitu: denaturasi dengan alkali, dan pemurnian berdasarkan kerapatan apung (bouyant density) atau dikenal dengan istilah equilibrium density gradient centrifugation atau sentrifugasi isopiknik.
Langkah berikutnya dalam isolasi DNA adalah lisis sel, dimana pada acara ini digunakan buffer P1 dan P2. Buffer P1 sebelumnya telah ditambah dengan enzim RNAse A dan deterjen Sodium Dodesil Sulfat (SDS) dan indikator LyseBlue. RNAse dan SDS adalah kombinasi untuk tujuan perusakan dinding dan lisis sel. Pada pH 12 -12,5 ikatan hidrogen dari DNA kromosom non supercoiled akan terdenaturasi, heliks ganda terurai dan kedua rantai polipeptida memisah.
Proses re-naturasi selanjutnya dilakukan dengan cara mengembalikan DNA pada kondisi asam yaitu dengan penambahan buffer N3  yang mengandung asam asetat. Pemberian asam akan menyebabkan DNA bakteri yang sebelumnya terdenaturasi, mengelompok dalam massa DNA linier yang kusut. Sentrifugasi selanjutnya pada kecepatan 13000 selama 10 menit akan mengendapkan massa DNA ini di dasar tabung sentrifugasi dan meninggalkan plasmid murni dalam supernatan.
Penambahan RNAse A (ribonuklease) dan SDS di buffer pertama (P1) menyebabkan sebagian besar protein dan RNA menjadi tidak larut dan dapat dihilangkan pada tahap sentrifugasi (ikut mengendap bersama massa DNA, dinding serta debris sel lainnya). Presipitasi menggunakan fenol atau pelarut organik seperti kloroform untuk menghilangkan sisa protein, tidak perlu dilakukan jika kita menggunakan metode denaturasi alkali.
Supernatan berisi plasmid murni kemudian dicuci dua kali menggunakan buffer PB isinya mengandung isopropanol dan buffer PE yang mengandung 96 – 100% ethanol. Dari Qiaprep spin column, supernatan plasmid kemudian dipindahkan ke tabung mikrosentrifuse baru dan di elusi dua kali dengan buffer EB (Elution Buffer) dimana masing- masing melewati sentrifugasi pada 13000 rpm selama satu menit. Hasil elusi inilah DNA plasmid yang telah berhasil kita isolasi dari E.coli.













BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1.  DNA plasmid merupakan wadah untuk cloning gen serta mempunyai ukuran yang lebih kecil.
2.   Plasmid tersebar luas di antara organisme prokariot dengan ukuran yang bervariasi dari sekitar 1 kb hingga lebih dari 250 kb (1 kb = 1000 pb).
3.  DNA plasmid jauh lebih tahan terhadap denaturasi apabila dibandingkan dengan DNA kromosom
4.  Aplikasi kondisi denaturasi akan dapat memisahkan DNA plasmid dengan DNA kromosom.

5.2. Saran
1. Praktikan lebih teliti dalam mengamati perubahan-perubahan proses dalam plasmid     isolasi DNA.
2. Praktikan lebih berhati-hati dalam melakukan praktikum agar alat-alat praktikum tidak mudah rusak.
3. Praktikan harus menjaga kesterilan alat-alat praktikum dan menjaga kesterilan tubuh sehingga tidak terkontaminasi dengan mikroba.
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
DAFTAR PUSTAKA

Calladine, C. R., Horace R D., Ben F L., Andrew A T. 2004. UNDERSTANDING DNA. Academic Press. Amsterdam.
Chang W. 2009. Bioetika sebuah pengantar. Yogyakarta: Kanisius.
Lodish, H., Arnold B., S. Lawrence Z., Paul M., David B. James D. 2000. MOLECULAR CELL BIOLOGY. Wh Freeman Company
Rachdie. 2008. isolasi plasmid. http://rachdie.blogsome.Com /2006/11/02/teknik-dasar-analisa-biologi-molekuler-2/. Tanggal akses 17 Maret 2013.
Sambrook, Russell. 2006. The Condensed Protocols From Molecular Cloning: A Laboratory Manual. New York: Cold Spring Harbour Laboratory Press.

Widyastuti, U. 2006. Penuntun Praktikum Pelatihan Teknik  Pengklonan Gen. Pusat Penelitian Sumber Daya Hayati dan Bioteknologi, IPB
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB 1
PENDAHULUAN
 
 
1.1  Latar belakang

Reaksi berantai polimerase atau lebih umum dikenal sebagai PCR (kependekan dari istilah bahasa Inggris polymerase chain reaction) merupakan suatu teknik atau metode perbanyakan (replikasi) DNA secara enzimatik tanpa menggunakan organisme. Dengan teknik ini, DNA dapat dihasilkan dalam jumlah besar dengan waktu relatif singkat sehingga memudahkan berbagai teknik lain yang menggunakan DNA. Teknik ini dirintis oleh Kary Mullis pada tahun 1983 dan ia memperoleh hadiah Nobel pada tahun 1994 berkat temuannya tersebut. Penerapan PCR banyak dilakukan di bidang biokimia dan biologi molekular karena relatif murah dan hanya memerlukan jumlah sampel yang kecil.
 Polymerase chain reaction ("reaksi [be]rantai polimerase", PCR) merupakan teknik yang sangat berguna dalam membuat salinan DNA. PCR memungkinkan sejumlah kecil sekuens DNA tertentu disalin (jutaan kali) untuk diperbanyak (sehingga dapat dianalisis), atau dimodifikasi secara tertentu. Sebagai contoh, PCR dapat digunakan untuk menambahkan situs enzim restriksi, atau untuk memutasikan (mengubah) basa tertentu pada DNA. PCR juga dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan sekuens DNA tertentu dalam sampel.
PCR memanfaatkan enzim DNA polimerase yang secara alami memang berperan dalam perbanyakan DNA pada proses replikasi. Namun demikian, tidak seperti pada organisme hidup, proses PCR hanya dapat menyalin fragmen pendek DNA, biasanya sampai dengan 10 kb (kb=kilo base pairs=1.000 pasang basa). Fragmen tersebut dapat berupa suatu gen tunggal, atau hanya bagian dari suatu gen.
Proses PCR untuk memperbanyak DNA melibatkan serangkaian siklus temperatur yang berulang dan masing-masing siklus terdiri atas tiga tahapan. Tahapan yang pertama adalah denaturasi cetakan DNA (DNA template) pada temperatur 94-96 °C, yaitu pemisahan utas ganda DNA menjadi dua utas tunggal. Sesudah itu, dilakukan penurunan temperatur pada tahap kedua sampai 45-60 °C yang memungkinkan terjadinya penempelan (annealing) atau hibridisasi antara oligonukleotida primer dengan utas tunggal cetakan DNA. Primer merupakan oligonukelotida utas tunggal yang sekuens-nya dirancang komplementer dengan ujung fragmen DNA yang ingin disalin; primer menentukan awal dan akhir daerah yang hendak disalin. Tahap yang terakhir adalah tahap ekstensi atau elongasi (elongation), yaitu pemanjangan primer menjadi suatu utas DNA baru oleh enzim DNA polimerase. Temperatur pada tahap ini bergantung pada jenis DNA polimerase yang digunakan. Pada akhirnya, satu siklus PCR akan menggandakan jumlah molekul cetakan DNA atau DNA target, sebab setiap utas baru yang disintesis akan berperan sebagai cetakan pada siklus selanjutnya.


1.2  Tujuan dan Manfaat Praktikum



1.2.1 Tujuan Praktikum


       Adapun tujuan dari praktikum yaitu :


•    Untuk mengetahui takhnik dan cara melakukan PCR

•    Untuk memperbanyak DNA yang diinginkan secara in vitro atau di luar sel.

•    Digunakan dalam penelitian biologi seperti mengamati penyakit keturunan, identifikasi sidik jari, kloning DNA dan untuk mengamati kekerabatan antar spesies secara molekuler



1.2.2    Manfaat Praktikum

Adapun manfaat dari praktikum yaitu :

•    Mahasiswa dapat mengetahui apa itu PCR. Baik dalam pembuatan gel,mengetahui alat-alat dan metode yang digunakan dalam PCR, maupun dalm mengetahui proses dalam  melakukan PCR.
 
1.3 Waktu Dan Tanggal Praktikum
Waktu Praktikum    : 09:00 PM
Tanggal Praktikum  : 11/12/2013
Tempat Praktikum   : Laboraturium Mikrobiologi Dan Bioteknologi Fakultas Peternakan Unuversitas Mataram
 
 
 
 
 
 
 
 
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Elektroforesis  merupakan  proses  bergeraknya  molekul  bermuatan  pada suatu  medan  listrik.  Kecepatan  molekul  yang  bergerak  pada  medan  listrik tergantung  pada  muatan,  bentuk  dan  ukuran.  Dengan  demikian  elektroforesis dapat digunakan untuk separasi makromolekul (seperti protein dan asam nukleat).Posisi molekul yang  terseparasi pada gel dapat dideteksi dengan pewarnaan atau autoradiografi,  ataupun  dilakukan  kuantifikasi  dengan  densitometer.Elektroforesis untuk  makromolekul  memerlukan  matriks  penyangga  untuk mencegah  terjadinya difusi  karena  timbulnya  panas  dari  arus  listrik  yang digunakan.Elektroforesis  biasanya  memerlukan  media  penyangga  sebagai  tempat bemigrasinya  molekul-mulekul  biologi.  Media  penyangganya  bermacam-macam tergantung pada tujuan dan bahan yang akan dianalisa. Media penyangga yang sering dipakai  dalam  elektroforesis  antara  lain  yaitu  kertas,  selulose,  asetat  dan  gel.  Gel poliakrilamid  dan  agarosa  merupakan  matriks  penyangga  yang  banyak  dipakai untuk separasi protein dan asam nukleat.  Beberapa faktor mempengaruhi kecepatan migrasi dari molekul protein yakni:  (Soedarmadji, 1996)
1.  Ukuran molekul protein
     Migrasi  molekul  protein  berukuran  besar  lebih  lambat  daripada  migrasi molekul berukuran kecil.
     2.  Konsentrasi gel
     Migrasi  molekul   protein  pada gel    berkosentrasi   rendah    lebih    cepat  daripada  migrasi molekul   protein yang sama pada gel berkosentrasi tinggi.
     3.  Bufer (penyangga) dapat berperan sebagai penstabil medium pendukung dan dapat mempengaruhi kecepatan gerak senyawa karena  ion sebagai pembawa protein yang bermuatan. Kekuatan ion yang tinggi dalam bufer akan meningkatkan panas sehingga aliran  listrik  menjadi  maksimal.  Hal  ini  dapat  mempercepat  gerakan molekul protein. Kekuatan ion rendah dalam bufer akan menurunkan panas sehingga aliran listrik akan sangat minimal dan migrasi molekul protein sangat lambat.
     4.  Medium penyangga  
     Medium  pendukung  ideal untuk  elektroforesis adalah bahan kimia inert yang bersifat  relatif stabil, mudah  ditangani  dan  mempunyai  daya  serap  yang  baik, sebagai  migrasi  elektron  atau  penyaringan  berdasarkan  ukuran  molekulseperti gel poliakrilamid (Pratiwi, 2001).
5.  Kekuatan voltase
1. Jika  ukuran  pori  dari  medium  kira-kira  sama  dengan  molekul,  maka molekul  yang  lebih  kecil  akan  berpindah  lebih  bebas  di  dalam  medan listrik,  sedangkan  molekul  yang  lebih  besar  akan  dibatasi  dalam migrasinya.  Besarnya  pori-pori  dapat  diatur  dengan  mengubah konsentrasi  penyusun  gel  poliakrilamidnya  yaitu  akrilamid  dan bisakrilamid
2.  Voltase  yang  dipakai  rendah  (100-500)  V,  kecepatan  migrasi  molekul sebanding dengan tingginya voltase yang digunakan.
3.  Voltase yang dipakai tinggi (500-10000) V, mobolitas molekul meningkat secara lebih tajam dan digunakan untuk memisahkan senyawa dengan BM rendah  serta  jenis  arus  yang  dipakai  selalu  harus  searah  (bukan  bolak balik).
     6.  Temperatur medium disaat proses elektroforesis berlangsung. Jika temperatur tinggi  akan mempercepat  proses  bermigrasinya  protein  dan  sebaliknya  jika temperatur rendah akan mengurangi kekuatan bermigrasinya protein.Pada saat elektroforesis berlangsung, protein akan bergerak dari elektroda negatif menuju elektroda positif sampai pada jarak tertentu pada gel poliakrilamid tergantung pada berat molekulnya. Semakin  rendah berat molekulnya maka  semakin  jauh pula protein bergerak  atau mobilitasnya  tinggi. Sebaliknya protein dengan berat molekul lebih  besar  akan  bergerak  pada  jarak  yang  lebih  pendek  atau mobilitasnya  rendah (Sumitro, 1996).

Hasil  elektroforesis  akan  didapatkan  pita-pita  protein  yang  terpisahkan berdasarkan  berat molekulnya.  Tebal  tipisnya  pita  yang  terbentuk  dari  pita  protein menunjukkan  kandungan  atau  banyaknya  protein  yang  mempunyai  berat  molekul yang  sama  yang  berada  pada posisi  pita  yang  sama. Hal  ini  sejalan  dengan  prinsippergerakan molekul  bermuatan,  yakni molekul  bermuatan  dapat  bergerak  bebas  di bawah pengaruh medan  listrik, molekul dengan muatan dan ukuran yang sama akan terakumulasi pada zona atau pita yang sama atau berdekatan (Soedarmadji, 1996).
 
 
 
 
 
BAB III
MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

3.1 Materi Praktikum

    3.1.1 Alat dan Bahan Praktikum.

            Adapun alat-alat yang digunakan dalam praktikum yaitu :
1.                   Mesin PCR
2.                  Elektroforesis
3.                  Transiluminator sinar UV
4.                  Mikro pipet
5.                  Tabung ependorf
6.                  Gloves (sarung tangan)


3.1.2 Bahan Praktikum
Adapun bahan - bahan yang digunakan dalam praktikum yaitu :
1.                      Air steril                     : 6,7 µl
2.                  10 x buffer TAQ            : 10 µl
3.                  2,5 Mm dNTP mix        : 10 µl
4.                  10 µM primer foward    : 10 µl
5.                  10 µM primer reverse    : 10 µl
6.                  Template                       : 10 µl
7.                  Enzim                            : 5 µl 


3.2 Metode Praktikum

Adapun metode yang digunakan dalam praktikum ini yaitu :
1.   Mengambil air steril sebanyak  6,7  µl dan dimasukkan dalam tabung PCR
2.   Menambahkan 10 x buffre TAQ dan dimasukkan dalam tabung  PCR
3.   Menambahkan 2,5 mM dNTP mix sebanyak 0,4 µl 
4.   Menambahkan 10 µM primer forward sebanyak 0,4 µl
5.   Menambahkan 10  µM primer reverse sebanyak 0,4 µl
6.   Menambahkan template 1 µl
7.   Menambahkan enzim polimerase sebanyak 0,1 µl
8.   Setelah itu di mix supaya homogen dan dimasukkan dalam mesin PCR  yang    sebelumnya sudah diatur programnya.
9.   Hasil PCR tadi dimasukkan dalam elektroforesis
10.  Menambahkan  looding late supaya kelihatan, dan dimasukkan pada masing-masing lubang gel 1 – 4, tunggu selama 10 menitKemudian diamati di transimlator sinar UV.

















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum :

     Hasil praktikum yang didapatkan dari PCR lubang gel 1-4 terdapat 2 lubang yaitu positif dan negatif. Seperti yang terlihat pada gambar dibawah ini.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhK3oOrVvL7z758ZiMH1DNUPka2n4cRpqZuqxXNfkvKN5F31tnkEYK3qxbLeGaiNgKAiTrywYGnhGDE-C6lUJkvdKedI6yTXVfMUmtozAdu13HMrxHhyHXrfz8WIym-RfKn-XeqgxCtu18/s320/hasil-digesti-dna-plasmid.png
Gambar 1. Hasil digesti DNA plasmid mengunakan beberapa enzim restriksi

4.2 Pembahasan

Reaksi PCR mulai menghasilkan salinan urutan target secara eksponensial. Hanya selama fase eksponensial dari reaksi PCR adalah mungkin untuk ekstrapolasi kembali untuk menentukan kuantitas awal dari urutan target yang terkandung dalam sampel. Karena inhibitor dari reaksi polimerase ditemukan dalam sampel, keterbatasan reagen, akumulasi molekul pirofosfat, dan self-anil dari produk mengumpulkan, reaksi PCR akhirnya berhenti untuk memperkuat urutan target pada tingkat eksponensial dan "dataran tinggi efek" terjadi, membuat titik akhir kuantifikasi produk PCR dapat diandalkan. Ini adalah atribut yang membuat PCR Real-Time RT-PCR kuantitatif sangat diperlukan.
DNA template - sampel DNA yang berisi urutan target. Pada awal reaksi, suhu tinggi diterapkan untuk molekul DNA beruntai ganda yang asli untuk memisahkan alur dari satu sama lain.

            DNA polimerase - jenis enzim yang mensintesis untai DNA komplementer baru ke urutan target. Yang pertama dan paling umum digunakan adalah enzim-enzim Taq DNA polimerase (dari aquaticus Thermis), sedangkan PFU DNA polimerase (dari Pyrococcus furiosus) digunakan secara luas karena kesetiaan yang lebih tinggi saat menyalin DNA. Meskipun enzim ini agak berbeda, mereka berdua memiliki dua kemampuan yang membuat mereka cocok untuk PCR: Mereka dapat menghasilkan untai DNA baru menggunakan template DNA dan primer,Mereka tahan terhadap panas Primer - potongan pendek DNA beruntai tunggal yang melengkapi urutan target. Polimerase dimulai sintesis DNA baru dari ujung primer.
          Nukleotida (dNTP atau trifosfat deoksinukleotida) - unit tunggal dari basa A, T, G, dan C, yang pada dasarnya "blok bangunan" untuk untai DNA baru.  RT-PCR (PCR Transkripsi Reverse) yang didahului dengan konversi PCR RNA sampel ke cDNA dengan enzim reverse transcriptase.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak berhasilnya PCR, antara lain sebagai berikut :
1.                       Pada saat pengambila gel salah
2.                       Pengambilan frimer ataupun reverse tertukar
3.                       Enzim


















BAB V
PENUTUP

5.1  Kesimpulan 
Elektroforesis  merupakan  proses  bergeraknya  molekul  bermuatan  pada suatu  medan  listrik.  Kecepatan  molekul  yang  bergerak  pada  medan  listrik tergantung  pada  muatan,  bentuk  dan  ukuran.  Dengan  demikian  elektroforesis dapat digunakan untuk separasi makromolekul (seperti protein dan asam nukleat). Posisi molekul yang  terseparasi pada gel dapat dideteksi dengan pewarnaan atau autoradiografi,  ataupun  dilakukan  kuantifikasi  dengan  densitometer.
Elektroforesis  untuk  makromolekul  memerlukan  matriks  penyangga  untuk mencegah  terjadinya  difusi  karena  timbulnya  panas  dari  arus  listrik  yang digunakan.  Gel  poliakrilamid  dan  agarosa  merupakan  matriks  penyangga  yang banyak  dipakai  untuk  separasi  protein  dan  asam  nukleat.  Elektroforesis  yang dibahas di bawah  ini menggunakan matriks berupa gel poliakrilamida  (PAGE = polyacrilamida  gel  electrophoresis)  untuk  separasi  sampel  protein.  Banyak molekul  biologi  bermuatan  listrik  yang  besarnya  tergantung  pada  pH  dan komposisi medium  dimana molekul  biologi  tersebut  terlarut. Bila  berada  dalam suatu  medan  listrik,  molekul  biologi  yang  bermuatan  positif  akan  bermigrasi keelektroda  negatif  dan  sebaliknya.  Prinsip  inilah  yang  dipakai  dalam  elektroforesis untuk memisahkan molekulmolekul berdasarkan muatannya. 
          Cara kerja menggunakan metode elktroforesis adalah:
1) Ektraksi enzim
2) Pembuatan gel
3) Penempatan sampel
4) Proses Elektroforesis
5) Visualisasi sistem enzim
6) Metode Analisis. 

5.2  Saran 
Saran pada praaktikum kali ini adalah sebaiknya praktikum dilakukan oleh praktikan  sendiri  dan  dilkukan  proses  elektroforesis  yang  sebenarnya  supaya praktikan lebih mengetahi cara menggunakan metode elektroforesis

DAFTAR PUSTAKA

Pratiwi, R. 2001. Mengenal Metode Elektroforesis. Oseana. Volume XXVI. Nomor 1.
                  Balitbang Biologi Laut, Puslitbang Osenologi LIPI, Jakarta

Sudarmadji,  S.,  1996.  Teknik  Analisa  Biokimiawi.  Edisi  Pertama.Liberty.
                 Yogyakarta.

Sumitro,  S.  B,  Fatchiyah,  Rahayu,  Widyarti,  dan  Arumningtyas.  1996.  Kursus
     Teknik-Teknik  Dasar  Analisis  Protein  dan  DNA.  Jurusan  Biologi  FMIPA
                 Universitas Brawijaya. Malang























LAMPIRAN

Komentar